EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menegaskan pentingnya pupuk berbasis gas (nitrogen) dalam produktivitas pertanian tanaman pangan. Rahmad menyebut pemanfaatan nitrogen mampu meningkat produktivitas hingga 56 persen.
Rahmad menyebut jenis pupuk berbasis gas, seperti urea dan NPK adalah yang paling banyak dibutuhkan oleh petani. Hal ini berdampak pada ketersediaan dan keterjangkauan harga gas bumi yang akan berpengaruh dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
"Tahun ini, hingga 11 Maret 2024, Pupuk Indonesia juga sudah menyiapkan stok pupuk subsidi dan nonsubsidi sebesar 1,78 juta ton," ujar Rahmad di Jakarta, Senin (18/3/2024).
Dengan jumlah stok pupuk subsidi dan nonsubsidi tersebut, Rahmad berharap mampu mendukung produktivitas pertanian Indonesia dan menopang ketahanan pangan nasional. Rahmad mengatakan Pupuk Indonesia juga terus menjalankan program Makmur yang telah memberikan hasil luar biasa, yakni mencapai lahan seluas 358.885 hektar atau 130 persen dari target seluas 275 ribu hektare.
Rahmad mengatakan, jumlah petani yang bergabung mencapai 107.642 petani atau 108 persen dari target 100 ribu petani. Rahmad meyakini upaya ini akan membantu menjaga ketahanan pangan nasional dan membangun kemandirian pangan tanah air.
"Pupuk Indonesia ke depannya berencana untuk menargetkan program Makmur secara lebih masif sehingga mampu mendorong kemandirian yang berkelanjutan bagi para petani Indonesia," ucap Rahmad.
Dari sisi pengembangan usaha, lanjut Rahmad, Pupuk Indonesia juga telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif strategis, di antaranya peresmian pabrik pupuk NPK Pupuk Iskandar Muda (PIM), pembangunan Kawasan Industri Pupuk di Fakfak untuk memperluas jangkauan pupuk di Indonesia Timur, serta proyek pembangunan pabrik Pupuk Sriwidjaja (Pusri) 3B yang bertujuan untuk menggantikan pabrik pupuk yang sudah tua.
Rahmad memastikan Pupuk Indonesia terus menjunjung tinggi prinsip-prinsip Environment, Social, Governance (ESG). Hal ini tampak lewat komitmennya dengan melakukan dekarbonisasi bisnis eksisting, dan pada saat yang bersamaan juga mengembangkan bisnis baru yang lebih ramah lingkungan, yaitu clean ammonia.
"Sebagai pemain utama dalam produksi amonia di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara, Pupuk Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat Carbon Capture and Storage (CCS)," ujar dia.
Melalui pengembangan industri clean amonia, sambung Rahmad, Pupuk Indonesia berusaha memimpin perubahan menuju praktik yang lebih ramah lingkungan dalam sektor pupuk dan petrokimia.
Pada tahun lalu, ucap Rahmad, perusahaan berhasil melakukan penurunan emisi karbon sebesar 1,55 juta ton atau melampaui target yang sebelumnya ditetapkan sebesar 1,21 juta ton.
"Dengan demikian, Pupuk Indonesia terus menegaskan perannya sebagai pelopor dalam industri pupuk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Rahmad.
Rahmad menambahkan, perusahaan juga akan terus berupaya memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada industri pupuk dan petrokimia, dengan mengembangkan industri clean ammonia. Rahmad berharap upaya ini akan membuahkan hasil yang baik untuk menciptakan masa depan yang subur dan berkelanjutan bagi negeri kita.