Sabtu 06 Apr 2024 20:43 WIB

Sosok Kontroversial Omri Padan, Pemegang Franchise McDonald’s di Israel

Padan salah satu pendiri Peace Now, yang menentang permukiman Israel.

Red: Ferry kisihandi
 Sebuah gerai A McDonald’s di London, Inggris, 14 November 2023.
Foto:

Mereka mendesak menteri keuangan dan transportasi juga otoritas bandara untuk menghalangi langkah McDonald’s menjalankan restoran di bandara. Aksi massa pun dilakukan di depan gerai-gerai McDonald’s yang ada di Tel Aviv. 

Gerakan ini semacam balasan atas penolakan McDonald’s atas permintaan membuka cabang di wilayah permukiman pada 2013. Dan pada Kamis (4/4/2024) lalu, Alonyal mengumumkan akan menjual kembali franchise-nya ke McDonald’s. 

Pakar manajemen menyatakan, McDonald’s membeli kembali franchise dari Alonyal dengan tujuan mendapatkan kendali atas gerai-gerai itu tetapi ia yakin itu terjadi. ‘’Apakah McDonald’s juga akan melakukan tindakan serupa di wilayah lain di mana reputasinya sudah rusak?’’

‘’Lebih dari 30 tahun, Alonyal Limited telah membawa kebanggaan ke Israel dan melayani komunitas kita,’’ ujar CEO dan pemilik Alonyal Omri Padan dalam sebuah pernyataan Kamis (4/4/2024) yang dilansir laman Aljazirah, Jumat (5/4/2024). 

McDonald’s menyatakan pula mereka tetap memiliki komitmen terhadap pasar Israel dan menjamin memberikan pengalaman positif bagi pelanggan dan karyawan. Mereka meyakini bahwa pasar akan berjalan dengan baik. 

‘’Setelah menuntaskan transkasi di beberapa bulan mendatang, McDonald’s akan memiliki dan mengoperasikan gerai Alonyal serta mempertahankan karyawan yang telah ada,’’ demikian McDonald’s. Namun belum ada informasi kapan penyelesaian transaksi ini. 

 

McDonald’s merupakan perusahaan global tetapi izin franchise sering dimiliki perusahaan mitra lokal dan beroperasi secara otonom. Sebelumnya, CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengakui perushaaan yang dipimpinnya benar-benar terdampak akibat konflik Timur Tengah. 

Serangan Israel ke Gaza dan pengumuman akan memberikan makanan gratis ke militer Israel menyebabkan aksi boikot di kawasan Timur Tengah dan wilayah lainnya. Pada Februari lalu, Kempczinski menyatakan perang berimbas besar pada penjulan di Timur Tengah. 

Di negara-negara Muslim lainnya, penjualan McDonald’s juga mengalami dampak yang sama seperti di Indonesia dan Malaysia.’’Semakin lama konflik, perang ini berlangsung  kami tak bisa berharap ada peningkatan penjualan,’’ ujarnya. 

Pertumbuhan penjualan divisi jaringan makanan cepat saji di Timur Tengah, Cina, dan India selama Oktober-Desember hanya berkisar 0,7 persen. Angka ini tentu sangat jauh di bawah target yang sudah ditetapkan sebelumnya, 5,5 persen. 

Ini terjadi menyusul boikot dari pelanggan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Mereka menyerukan boikot McDonald’s sebagai respons pengumuman Alonyal yang menyatakan akan memberikan makan gratis ke militer Israel. 

Menyusul langkah pemegang franchise di Israel, pemegang franchise di Mesir, Yordania, dan Arab Saudi menyatakan tak sejalan dengan kebijakan tersebut dan secara kolektif menjanjikan donasi jutaan dolar AS untuk Palestina. 

Merek global lainnya, Starbucks juga dibikot karena dianggap pula memiliki sikap pro-Israel. Mereka juga menghadapi tudungan mempunyai kaitan keuangan dengan Israel. Kondisi ini juga berdampak pada penjualan mereka. 

CEO Starbucks Laxman Narasimhan pada Februari menyatakan terdapat pengaruh trafik dan penjualan di Timur Tengah juga AS. Ini terjadi di tengah aksi massa dan boikot terhadap perusahaan yang berbasis di Seattle ini. 

Domino’s, perusahaan pizza asal AS yang juga memiliki franchise di seluruh dunia, harus menanggung dampak buruk juga, menyusul postingan di media sosial tetapi tak menyeratkan bukti kuat yang menyatakan mereka memberikan makanan gratis kepada tentara Israel. 

 

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement