Sabtu 04 May 2024 07:30 WIB

'Penuaan yang Sehat Ialah Inti Kesejahteraan Lansia'

Lansia yang sehat dan produktif bisa jadi 'dividen tambahan' bagi ekonomi negara.

Red: Fuji Pratiwi
Oma Rustinah (84) melayani pengunjung di rumah makan dan kafe Uma Oma, di kawasan Blok M, Jalan Melawai I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/9/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Oma Rustinah (84) melayani pengunjung di rumah makan dan kafe Uma Oma, di kawasan Blok M, Jalan Melawai I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/9/2023).

EKBIS.CO, TBILISI -- Ekonom senior Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) Aiko Kikkawa mengatakan kelompok lanjut usia (lansia) di Asia rentan terhadap beban penyakit akibat gaya hidup, dan kurangnya pekerjaan yang layak. Ditambah terbatasnya akses terhadap layanan penting seperti kesehatan dan perawatan jangka panjang, rendahnya cakupan pensiun, dan meningkatnya insiden kesepian dan isolasi sosial.

"Penuaan yang sehat adalah inti dari kesejahteraan di usia tua," kata Aiko, dilansir ANTARA.

Baca Juga

Kesehatan yang baik mendorong produktivitas dan keamanan ekonomi para lansia. Kondisi itu sekaligus meningkatkan keterlibatan sosial yang aktif dan mengurangi kebutuhan mereka terhadap perawatan jangka panjang.

Kebijakan komprehensif terkait kesejahteraan penduduk lansia diharapkan dapat menumbuhkan kelompok lansia yang sehat dan produktif. Lansia produktif akan memaksimalkan kontribusi mereka terhadap perekonomian dan masyarakat.

Menurut laporan ADB, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas di negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik akan meningkat hampir dua kali lipat pada 2050. Jumlahnya akan menjadi 1,2 miliar atau sekitar seperempat dari total populasi. Dengan jumlah lansia sebanyak itu, secara signifikan meningkatkan kebutuhan akan program pensiun dan kesejahteraan serta layanan kesehatan.

Pada saat yang sama, perekonomian mempunyai peluang untuk memperoleh "dividen besar" dalam bentuk produktivitas tambahan dari penduduk lanjut usia, yang dapat meningkatkan produk domestik bruto di kawasan tersebut rata-rata sebesar 0,9 persen.

Sebanyak 40 persen orang yang berusia di atas 60 tahun di Asia dan Pasifik tidak memiliki akses terhadap segala bentuk dana pensiun, dan perempuan yang paling terkena dampaknya, karena mereka lebih cenderung melakukan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar.

Akibatnya, banyak lansia tidak mempunyai pilihan selain bekerja melampaui usia pensiun untuk bertahan hidup. Di antara mereka yang masih bekerja pada usia 65 tahun atau lebih, 94 persen bekerja di sektor informal, yang biasanya tidak memberikan perlindungan dasar tenaga kerja atau tunjangan pensiun.

Kemudian, tantangan kesehatan fisik dan mental meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 60 persen lansia di Asia dan Pasifik tidak menghadiri atau menerima pemeriksaan kesehatan rutin, sementara 31 persen melaporkan gejala depresi karena penyakit, isolasi sosial, dan ketidakamanan ekonomi.

"Perempuan lanjut usia di wilayah ini juga lebih besar kemungkinannya menderita penyakit kesehatan, mulai dari depresi, diabetes, dan hipertensi dibandingkan laki-laki lanjut usia," katanya.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement