EKBIS.CO, KUALA LUMPUR – Jaringan merek global mengalami kelesuan penjualan yang menyebabkan terpangkasnya keuntungan hingga penutupan sementara gerai-gerai mereka. Di antara penyebabnya selain kondisi ekonomi juga boikot atas solidaritas konsumen pada Palestina.
Konsumen global, terutama di negara-negara Muslim memboikot produk-produk itu karena diyakini punya kaitan atau mendukung Israel dan militer Israel dalam serangan ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang hingga kini membua 34 ribu warga sipil meninggal.
Imbas boikot konsumen di negara-negara Muslim dialami Starbucks, McDonald’s, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan merek global lainnya seperti Unilevesr. KFC Malaysia memutuskan untuk sementara waktu menutup gerai-gerai makanan cepat saji mereka.
‘’Imbas perang di Timur Tengah akan menekan semua merek dari AS secara internasional,’’ kata analis dari Northcoast Research, Jim Sanderson.
Laporan Aljazirah, Jumat (3/5/2024) menyebut pemegang franchise KFC Malaysia beralasan penutupan disebabkan kondisi ekonomi yang menantang. Namun, laporan-laporan berita setempat mengaitkan penutupan ini dengan boikot terhadap produk terkait Israel.
KFC memang termasuk di antara merek-merek di Malaysia, yang lebih dari 60 persen populasinya adalah Muslim, yang menjadi sasaran aksi boikot.
QSR Brands Holdings Bhd, yang mengoperasikan gerai KFC dan Pizza Hut di Malaysia menyatakan, penutupan sementara di tengah kondisi ekonomi yang menantang bertujuan menekan meningkatnya biaya usaha dan fokus pada wilayah bisnis yang lebih tinggi.
‘’Berkontribusi positif pada masyarakat Malaysia, menjaga kesetiaan pada mereka KFC, dan melindugi karyawan merupakan prioritas kami,’’kata KFC Malaysia dalam pernyataan yang dikeluarkan mereka, Senin (29/4/2024).
Karyawan yang terdampak penutupan ini, kata KFC, ditawari kesempatan untuk pindah ke gerai yang lebih ramai. KFC yang telah beroperasi lebih dari 50 tahun di Malaysia tetap fokus memberikan produk dan layanan berkualitas kepada konsumen.
Mereka juga menyatakan, selama jalannya bisnis berpuluh-puluh tahun itu telah berkontribusi pada perekonomian mereka dengan mempekerjakan 18 ribu karyawan. Sebanyak 85 persen dari karyawan tersebut adalah Muslim.
QSR Brands memang tak secara spesifik menjelaskan apa yang dimaksud dengan kondisi ekonomi yang menantang sebagai alasan penutupan itu.
Media lokal yang mengaitkan penutupan dengan boikot, mengamati Google Map yang menunjukkan puluhan gerai di seluruh negeri terimbas. Aksi boikot di negara-negara Muslim menyebabkan kelesuan bisnis pada perusahaan yang dianggap berhubungan dengan Israel.
Februari lalu, McDonald’s mengungkapkan kampanye boikot di Timur Tengah, Indonesia, dan Malaysia menyebabkan pada kuartal keempat 2023 pertumbuhan penjualan di sana hanya 0,7 persen. Padahal tahun sebelumnya, pertumbuhan penjualan sampai 16,5 persen.
Selain itu, Unilever produsen sabun Dove, es krim Ben & Jerry’s, dan Knorr, pada bulan yang sama menyatakan bahwa penjualan di Indonesia turun double digit selama kuartal keempat karena isu geopolitik.
Penjualan McDonald’s dan Starbucks juga mengalami kelesuan. Starbucks pada Selasa (30/4/2024) memangkas target penjualan tahunannya setelah melaporkan penurunan penjualan untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun terakhir.
Baik Starbucks maupun McDonald's merasakan dampak boikot....