Dominan sentimen Eksternal
Menurut analisis Ibrahim, dibandingkan sentimen internal, sentimen eksternal menjadi yang lebih dominan menekan pergerakan rupiah hingga terus bertengger di atas Rp 16.000 an per dolar AS.
“Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal daripada internal. Salah satunya adalah tensi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa antara Rusia dan Ukraina, perlambatan ekonomi di China serta kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat,” jelasnya.
Namun, lebih lanjut, Ibrahim mengungkapkan pelemahan rupiah seperti dua sisi mata uang. Sebab menurutnya ada sisi positif dari situasi tersebut.
“Pelemahan nilai tukar, dapat meningkatkan daya saing ekspor, terutama ekspor sumber daya alam (SDA) yang menjadi andalan Indonesia. Indonesia juga diuntungkan dari pelemahan rupiah karena neraca perdagangan yang terus positif, bahkan melebar pada November 2024,” terangnya.
Berdasarkan analisisnya, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah pada perdagangan selanjutnya, usai libur Natal, yakni Kamis (26/12/2024) akan terus berfluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 16.150-Rp 16.200 per dolar AS.