EKBIS.CO, JAKARTA - Pertumbuhan industri reksadana tahun ini diproyeksikan tumbuh 15 hingga 20 persen seiring dengan proyeksi pertumbuhan pasar modal Indonesia yang positif.
Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto dalam diskusi yang bertajuk Prospek Industri Reksadana Nasional, di Jakarta Rabu mengatakan, pertumbuhan industri pasar modal yang masih positif ke depannya akan memberi imbas pada industri reksadana nasional yang diproyeksikan akan tumbuh 15-20 persen.
"Industri reksadana diprediksi tumbuh 15 samapi 20 persen pada tahun ini," katanya. Berdasarkan data APRDI jumlah dana kelolaan reksadana nasional per 30 April 2011 mencapai Rp 153,687 triliun atau naik 3,08 persen dibanding dana kelolaan industri reksadana pada akhir 2010 sebesar Rp 149,099 triliun.
Angka tersebut naik Rp 4,588 triliun dibanding dana kelola per akhir 2010 Rp 149,099 triliun. Peningkatan sebesar itu dalam waktu empat bulan tentu capaian yang cukup menggembirakan," ujarnya.
Ia mengatakan, pertumbuhan terbesar terjadi pada reksadana saham dengan peningkatan mencapai 15,85 persen menjadi Rp 52,937 triliun bila dibanding Rp 45,695 triliun pada akhir 2010.
Sementara pada periode yang sama, reksadana campuran tercatat mengalami penurunan 8,24 persen menjadi Rp 20,177 triliun dari R 21,989 triliun.
Sedangkan reksadana pendapatan tercatat juga mengalami penurunan 5,33 persen menjadi Rp 26,186 triliun dan reksadana pasar uang tumbuh 0,36 persen menjadi Rp 7,749 triliun.
"Dalam industri reksadana, kalau mau pertumbuhan signifikan memang harus masuk ke reksadana saham. Apalagi untuk jenis investasi jangka panjang. Kalau reksadana pasar uang pertumbuhannya tidak beda jauh dengan deposito," kata Abi.
Untuk menunjang pertumbuhan reksadana atau industri pasar modal, Abi mengatakan, masyarakat harus mempunyai perilaku berinvestasi tidak mengenal waktu atau tidak memandang atmosfir pasar serta diperlukan sosialisasi yang lebih gencar bagi masyarakat umum agar penetrasi dalam industri reksdana dapat tumbuh lebih tinggi lagi.
Pasalnya, lanjut dia, selama ini sosialisasi lebih dilakukan kepada kalangan menengah atas yang mempunyai intergritas tinggi.
Ia mengatakan, saat ini perilaku pelaku pasar masih berpikir untuk berinvestasi tergantung pada situasi pasar yaitu berinvestasi di kala kondisi pasar sedang bagus, sedangkan jika pasar sedang dalam kondisi yang dapat dikatakan tidak stabil rata-rata orang akan keluar dari pasar.
Seharusnya saat kondisi pasar sedang tidak stabil sebaiknya para pelaku pasar mengambil momentum itu untuk masuk ke dalam pasar."Saat kondisi pasar kurang bagus sebaiknya jangan keluar dari pasar, itu merupakan kesempatan untuk aksi beli dengan nilai yang rendah. Perilaku industri seperti itu harus selalu dijaga," ujarnya.
Ia mengatakan, investor dapat di bagi dalam dua kategori yakni investor yang menyukai tantangan dan investor yang ingin dananya aman.
"Investor itu ada dua. Kalau memang investor suka tantangan dan fluktuasi, maka dia akan masuk ke saham. Tapi kalau yang moderat dan ingin pertumbuhan yang berkesinambungan lebih baik dia masuk ke reksadana, jadi tidak masalah," ucap Abi.