EKBIS.CO, JAKARTA - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Lukman Hakim mengatakan pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dapat mempercepat impor baja dari China yang akan membanjiri pasar Indonesia.
Lukman mengatakan di Jakarta Senin, industri baja Indonesia harus berjuang lebih keras guna bersaing dengan produsen baja China yang kini berada di tengah berbagai persoalan. "Persoalan yang dihadapi itu adalah kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku, harga energi, infrastruktur yang kurang memadai dan minimnya insentif bagi investasi baru di sektor ini," jelasnya.
Ia menambahkan, produksi baja China saat ini sedang mengalami surplus, namun dibalik itu industri baja Indonesia tengah berbenah diri guna bersaing dengan produsen China.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Drs. Darwin menambahkan pelaksanaan ACFTA akan mengakselerasi impor besar yang berakibat signifikan bagi industri baja Indonesia.
Dikatakan, menurut data Departemen Perindustrian, ACFTA diperkirakan meningkatkan impor baja dari China sebesar 170,8 persen. "Lompatan besar itu sudah terjadi dari 0,6 juta ton pada tahun 2009 menjadi 1,5 juta ton pada 2010," katanya.
Menurut Data Asosiasi Baja Dunia, China adalah produsen terbesar baja di dunia dan selama krisis keuangan global pada 2008 sampai 2009, produksi baja China tumbuh sebesar 13,5 persen. "Negara tersebut telah menghasilkan 567,8 juta ton baja pada 2009 dan sebagai perbandingan, Indonesia hanya memproduksi sekitar 7 juta ton dalam bentuk minyak mentah baja tiap tahunnya," demikian Darwin.