EKBIS.CO, JAKARTA - Untuk menurunkan biaya logistik nasional hingga 10 persen, Indonesia membutuhkan 30.000 truk baru. Estimasi itu diungkapkan Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Kamar Dagang dan Industri Indonesia Natsir Mansyur.
"Truk-truk yang selama ini dipakai untuk mengirim barang rata-rata sudah berumur 19 tahun sehingga boros bahan bakar minyak dan suku cadangnya sering rusak," kata Natsir di Jakarta, Kamis (22/9).
Ia menjelaskan, penggunaan bahan bakar minyak dan penggantian suku cadang sebagai salah satu sebab tingginya biaya logistik yang secara keseluruhan di Indonesia mencapai 20-25 persen total biaya produksi dan operasional.
"Truk-truk baru membutuhkan bahan bakar yang lebih sedikit dan suku cadangnya bisa bertahan sampai sampai dua tahun, adanya truk baru dengan demikian bisa menghemat biaya logistik," kata dia.
Tingginya biaya logistik di Indonesia, menurut Natsir, akan menyulitkan negara ini mencapai target Master Plan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 2025.
"Selain tidak tercapainya target MP3EI, konsekuensi tingginya biaya logistik adalah tidak bisa bersaingnya Indonesia dalam pasar bebas Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN)," kata Natsir.
Sebagai perbandingan, biaya logistik nasional di negara Malaysia, Vietnam, Thailand, dan China sudah 10 persen. Target MP3EI diantaranya adalah menjadikan Indonesia 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada 2025 dengan pendapatan per kapita 15.000 dolar AS per tahun.
Saat ini Indonesia dalam peringkat perekonomian dunia menempati urutan 17 dengan pendapatan perkapita 3.000 dolar AS. Sebelumnya, 16 badan usaha milik negara (BUMN) telah menandatangani nota kesepahaman untuk membantu dunia usaha dan industri nasional mengurangi biaya logistik.