EKBIS.CO, JAKARTA--PT Jamsostek menyiapkan dana sekitar Rp14,4 triliun pada tahun 2013 untuk dialokasikan pada membeli obligasi yang diterbitkan perusahaan milik negara (BUMN) maupun korporasi swasta.
"Tahun depan (2013) kita meningkatkan investasi obligasi 15-20 persen dibanding alokasi untuk tahun 2012 sekitar Rp 12 triliun," kata Direktur Utama Jamsostek Elvyn G Masassya, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin.
Menurut Elvyn, peningkatan alokasi pada obligasi setiap tahun sejalan dengan kebijakan perusahaaan yang secara berkelanjutan meningkatkan portofolio investasi.
Ia menjelaskan, pada tahun 2012 dari Rp12 triliun anggaran yang disiapkan untuk obligasi, sudah terserap sekitar Rp9 triliun. "Dari sekarang sampai dengan akhir tahun 2012 dana tersisa sekitar Rp3 triliun, yang siap dialokasikan untuk membeli obligasi yang diterbitkan empat sampai lima perusahaan," ujarnya.
Meski begitu, Elvyn tidak menyebutkan nama perusahaan penerbit obligasi yang akan dibidik perusahaan. Ia hanya menjelaskan, Jamsostek tentu memiliki kriteria dalam membeli obligasi, antara lain minimal rating single A, kemudian ukurannya (size) besar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat saat ini terdapat sembilan perusahaan yang siap menerbitkan obligasi dengan total nilai emisi berkisar Rp 6,6 triliun, antara lain PT Bank Pembangunan Daerah Lampung senilai Rp 500 miliar, PT Salim Ivomas Pratama (SIMP) Rp 1 triliun.
Selanjutnya obligasi PT Greenwood Sejahtera (GWSA) Rp 500 miliar, PT Surya Semester Internusa (SSIA) Rp500 miliar, PT CIMB Niaga Auto Finance Rp500 miliar, obligasi PT Sumberdaya Sewatama Rp700 miliar beserta penerbitan Sukuk Rp100 miliar, obligasi PT Bank Himpunan Saudara 1906 (SDRA) Rp100 miliar dan obligasi subordinasi (sub debt) Rp200 miliar.
Dari sederet nama tersebut hanya terdapat satu BUMN yaitu PT Permodalan Nasional Madani dengan nilai obligasi sebesar Rp500 miliar.
Menurut Elvyn, Jamsostek belum bisa menyebutkan obligasi mana saja yang akan dibeli.
"Yang pasti bisa korporasi, dan bisa BUMN," tegasnya.
Elvyn menambahkan, sejak tiga tahun terakhir perseroan memiliki teknik dalam mengalokasikan aset investasi.
"Obligasi masih merupakan alokasi terbesar yang mencapai 42-45 persen, di susul deposito berjangka 28-32 persen, saham 18-22 persen, 8 persen reksadana, sedangkan properti dan penyertaan empat sampai delapan persen," tegasnya.
Pada tahun 2012 ditambahkan Elvyn, dana kelolaan perseroan mencapai Rp125,7 triliun dengan hasil investasi Rp 12,2 triliun.
"Dana kelolaan 2012 lebih tinggi dibanding tahun 2011 ytang mencapai sekitar Rp116 triliun, karena faktor pengelolaan yang semakin profesional," katanya.