EKBIS.CO, JAKARTA -- Perbankan mendorong pemerintah untuk menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada April 2013. Hal tersebut sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) yang memprediksikan terjadinya deflasi sebesar 0,04 persen pada April hingga Juni. Sehingga April dinilai sebagai saat yang tepat untuk menaikan harga BBM.
Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, mengatakan inflasi relatif rendah di bulan Maret dan April karena musim panen raya. "Kesempatan perubahan harga BBM bagus dilaksanakan Maret-April," ujar David, Ahad (28/4).
Jika pemerintah gagal mengambil keputusan pada April ini, David mengatakan pemerintah dapat menetapkan harga pada September-Oktober. "Tetapi harus ada persiapan agar harga lain tak melonjak," ujarnya.
Sementara ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, mengatakan April berpeluang deflasi karena petani memasuki musim panen yang akan berimbas pada turunnya harga bahan pangan. Deflasi juga disebabkan oleh turunnya harga emas. "Jika pemerintah berani menaikan harga BBM, ini saat yang tepat. Tak pelu ditunda lagi," ujarnya.
Menurutnya, tidak ada lagi waktu yang tepat untuk menaikan harga BBM selain April. Ia memprediksikan tekanan inflasi akan membesar di Mei dan Juni karena aktivitas akan kembali normal dan harga emas akan kembali naik. "Juni sudah memasuki masa libur, pengeluaran akan meningkat. Juli sudah puasa dan Agustus memasuki lebaran," ujarnya.
Bank Indonesia (BI) memprediksikan April akan terjadi deflasi sebesar 0,04 persen dan akan berlanjut hingga Juni karena pemerintah berhasil mengatasi permasalahan pasokan bahan pangan. Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, menilai kondisi deflasi ini adalah saat yang tepat bagi pemerintah untuk menaikan harga BBM bersubsidi karena tekanan terhadap inflasi rendah. BI telah melakukan simulasi dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi.
"Apabila pemerintah menerapkan aturan dual harga yakni hanya menaikkan BBM untuk mobil pribadi, maka terjadi penambahan inflasi di sepanjang tahun 2013 sebesar 0,7 persen," ujar Perry.
Namun, jika pemerintah memberlakukan kenaikan harga BBM seluruhnya, dampak kenaikan inflasi bergantung besaran kenaikannya. Misalnya besaran kenaikan BBM Rp1000 per liter, penambahan inflasinya adalah 1,62 persen.
BI mempertimbangkan tarif kenaikan harga 0,62 persen, tarif angkutan naik 0,78 persen, dan dampak lainnya 0,23 persen. Perry mengatakan kepastian kenaikan BBM ini memang akan memberi dampak pertumbuhan inflasi dan penurunan laju pertumbuhan ekonomi.
Dampak positifnya adalah defisit neraca berjalan akan turun, dan neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan lebih baik. Defisit neraca berjalan diperkirakan menurun 2,7 persen di akhir tahun 2012 ke arah sedikit di atas 2 persen.