EKBIS.CO, JAKARTA – Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) harus fokus menentukan segmen pasar. BPRS dinilai akan kesulitan jika menyasar segmen pasar Baitul Mal wat Tamwiil (BMT) karena persyaratatan yang diajukan BMT kepada nasabah lebih ringan.
BPRS juga sebaiknya tidak menyasar segmen Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) karena harga jual BUS dan UUS lebih rendah. Untuk itu, kunci kesuksesan BPRS ditentukan dari segmen pasar yang pas.
“Segmen pasar yang pas adalah mereka yang menginginkan proses cepat dari BUS dan UUS dan mau membayar lebih mahal dari BUS dan UUS,” ujar Pengamat Ekonomi Syariah, Adiwarman A Karim kepada ROL, Rabu (12/6).
Adiwarman berharap ke depannya, BPRS mampu lebih tajam lagi menentukan segmen pasar. “Selama ini tidak tepat sasaran karena strategi mereka ‘yang penting jalan’. Ini yang membuat pertumbuhan BPRS kurang optimal,” ucapnya.
Setelah tepat memilih segmen pasar, BPRS harus memanfaatkan keunggulan yang dimiliki (kapitalisasi) untuk melayani segmen pasar dengan kecepatan. “Kalau untuk pembiayaan lebih murah tetapi kalau untuk pendanaan lebih mahal,” katanya. Kemudian dalam pengembangannya BPRS juga dapat bermitra dengan BMT. Hal ini bertujuan menghindari persaingan dengan BMT.
Dulu, kata Adiwarman, BPRS sering mengalami kesulitan tingkat kesehatan bank. Untuk menghindari hal itu terjadi lagi, BPRS harus mempunyai tata kelola yang baik (good governance). “Meski tidak sebesar BUS dan UUS, BPRS harus memiliki good governence,” ucapnya.
Dari sisi permodalan, BPRS satu dengan lainnya tidak bisa disamakan tergantung zonanya. BPRS yang berlokasi di Jakarta tentu harus memiliki modal lebih besar dari BPRS di daerah.
Menurutnya tidak semua BPRS mengalami kesulitan mengumpulkan dana. Adiwarman menyebut jika BPRS memposisikan diri sebagagai transactional bank maka tidak akan bisa bersaing dengan bank yang ada. Sebaliknya jika BPRS memposisikan diri sebagai saving bank, maka tidak akan kesulitan.