Kamis 22 Aug 2013 21:10 WIB

Rupiah Melemah, Apindo: Seharusnya Pemerintah Antisipasi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Fernan Rahadi
Rupiah
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Rupiah

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Bidang Perdagangan Dewan Pengurus Nasional (DPN)  Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani menilai seharusnya pemerintah sudah mengantisipasi kondisi terburuk terhadap melemahnya nilai tukar mata uang rupiah dan defisit neraca perdagangan.

Dia menjelaskan, sebenarnya Apindo sudah melihat tren nilai tukar rupiah yang terus melemah sejak akhir Mei 2013. “Saat itu nilai tukar sudah di level Rp 9.800-Rp 9.900 per dolar AS,” katanya saat dihubungi Republika, Kamis (22/8) malam.

Dia menambahkan, kondisi pelemahan ini terjadi akibat beberapa sebab yaitu kondisi dunia dimana negara-negara sedang mengalami kelesuan ekonomi seperti Yunani, Spanyol, apalagi perusahaan-perusahaan di Belanda pailit. Efeknya negara-negara tersebut tidak dapat mengimpor produk dari Indonesia.

Dia menambahkan, ekspor produk karet, dan minyak sawit mentah (CPO) Indonesia ke Cina dan India menurun. Selain itu, dia melanjutkan, ada kecenderungan melemahnya daya beli masyarakat. Dia mnyebutkan pertumbuhan industri makanan dan minuman di triwulan I 2013 turun hingga 12 persen dibandingkan triwulan IV 2012. “Kemudian harga karet yang semula Rp 12.500 per kilogram (kg) menjadi 6.000 per kg,” tuturnya.

Di sisi lain, pelemahan tersebut dipicu oleh tingkat impor migas yaitu bahan bakar minyak (BBM). Dia menyebutkan, defisit hingga semester I 2013 sebesar 13,3 miliar dolar AS. Kemudian 5 miliar dolar AS diantaranya adalah defisit migas. Padahal pembelian migas itu menggunakan dolar AS. “Karena penggunaan terbesar dolar AS adalah untuk membeli migas,” ucapnya.

Dia menegaskan bahwa pihaknya sudah mengingatkan pemerintah terkait kondisi ini sejak pelemahan itu terjadi pada April 2013 lalu. Apalagi indikasi-indikasi pelemahan rupiah sudah terlihat saat semester I 2013. Tetapi, kata Franky, pidato presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, seolah  tidak terjadi apa-apa.

“Seharusnya pemerintah sudah mengantisipasi dan memberikan reaksi untuk kondisi terburuk terhadap melemahnya nilai tukar mata uang rupiah,” ujarnya.

Pihaknya memberi masukan, langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah menaikkan suku bunga acuan (BI rate) untuk menjaga rupiah. Langkah lainnya yaitu menekan impor migas dan mengganti penggunaan BBM dengan gas. Dia menegaskan, langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara paralel dan bersamaan.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement