EKBIS.CO, JAKARTA -- HSBC Indonesia menilai mata uang rupiah bergerak sesuai dengan kebutuhan pasar menyusul langkah Bank Indonesia (BI) yang cenderung minim intervensi.
"Kalau saya lihat, Bank Indonesia cenderung membiarkan rupiah bergerak sesuai dengan kebutuhan pasar. Ini adalah 'less intervention' BI. Pelemahan rupiah sebenarnya dapat menurunkan impor, diharapkan kondisi itu dapat mengurangi defisit," ujar Managing Director of Global Markets HSBC Indonesia, Ali Setiawan di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah saat ini cukup dinikmati eksportir. Diharapkan juga kondisi itu dapat meningkatkan ekspor Indonesia.
Namun, dia mengatakan, perlu diperhatikan juga kebutuhan ekspor menyusul permintaan dari China yang cenderung menurun.
"Ekspor komoditas seperti kelapa sawit dan batu bara belum ada perkembangan. Permintaan dari negara importir komoditi yakni China semakin sedikit. Apalagi, harga kelapa sawit diprediksi juga akan turun. Ini tentu akan berdampak pada ekspor kita," kata Ali Setiawan.
Di sisi lain, Ali mengatakan bahwa pelemahan rupiah yang terlalu dalam juga tidak baik bagi ekonomi Indonesia. Pelemahan rupiah harus diiringi dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah dan BI.
Hal itu, lanjut dia, menjelang akhir tahun akan terjadinya repatriasi keuntungan atau pembagian deviden sejumlah perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia kepada pemegang saham di luar negeri dapat mengakibatkan keluarnya modal keluar (capital outflow) sehingga kebutuhan dolar AS semakin tinggi.
"Kami juga sedang menunggu terkait insentif repatriasi dividen asing. Itu menjadi konsekuensi Indonesia karena kegiatan investasi asing di tanah air cukup besar," paparnya.