EKBIS.CO, IPO, JAKARTA -- PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) melepas 4,75 miliar lembar saham ke publik. Dana hasil initial public offering (IPO) diharapkan menaikkan level Bank Panin ke bank umum kelompok usaha (BUKU) II.
"Sesuai regulasi, modal inti ke BUKU II sebesar Rp 1 triliun. Dengan modal saat ini Rp 500 miliar ditambah dana hasil IPO Rp 475 miliar kita menuju BUKU II," ujar Direktur Utama Panin Syariah Denny Hendrawati usai pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/1).
Menaikkan modal inti ke BUKU II merupakan upaya Bank Panin Syariah yang dipercaya sebagai bank penerima setoran penyelenggara ibadah haji. Sesuai regulasi, bank penerima setoran harus memiliki modal minimal Rp 1 triliun.
Denny menambahkan, dana setoran haji memiliki potensi yang besar bagi perseroan untuk meningkatkan dana pihak ketiga. Apalagi antrean haji di Indonesia mencapai 10 tahun.
Selain itu, Bank Panin Syariah juga melihat potensi umrah yang terus meningkat. Setiap tahun, ada 600-800 ribu masyarakat indonesia yang berangkat umrah. "Potensinya bisa sampai Rp 20 triliun," kata Denny.
Oleh karena itu, perseroan akan memanfaatkan dana hasil IPO untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi. Sekitar 20 persen dana akan dipakai untuk pengembangan infrastruktur, termasuk pembukaan kantor cabang baru.
Bank Panin Syariah akan menambah 20 kantor baru tahun ini. Sehingga akhir 2014 kantor perseroan menjadi 30 unit. Kantor ini akan diprioritaskan di wilayah Jabodetabek. Namun, perseroan juga membidik wilayah luar Pulau Jawa yang potensi hajinya tinggi seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Selain dana haji, Bank Panin Syariah juga akan mengembangkan program linkage untuk penyaluran sektor ritel. Bank syariah pertama yang melantai di bursa ini mengharapkan dapat meningkatkan penyaluran pembiayaan ke sektor usaha kecil dan menengah (UKM) dari 60 persen menjadi 70 persen. "Sejak awal kami selalu kerja sama dengan lembaga keuangan mikro syariah," kata Denny.
Tahun ini, Bank Panin Syariah menargetkan pembiayaan meningkat dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3,8 triliun. Dana pihak ketiga naik Rp 2,87 triliun menjadi Rp 4 triliun.
Perseroan menjaga posisi CAR di atas 19 persen dan FDR di level 100 persen. Aset perseroan sampai akhir tahun tercatat Rp 4,1 triliun. "Dengan masuknya modal CAR akan tinggi lagi," kata Denny.