Rabu 22 Jan 2014 02:01 WIB

Pulau Jawa Masih Mendominasi Penanaman Modal

Rep: Satya Festiani/ Red: Hazliansyah
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang baru terpilih Mahendra Siregar (kanan) berbincang dengan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelum upacara pelantikan keduanya di Istana Negara, Jakarta, Selasa, (1/10).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang baru terpilih Mahendra Siregar (kanan) berbincang dengan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelum upacara pelantikan keduanya di Istana Negara, Jakarta, Selasa, (1/10).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pulau Jawa masih mendominasi investasi, baik dari dalam negeri maupun asing. Jawa Timur mendominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) terbanyak diinvestasikan di Jawa Barat.

Ketua BKPM, Mahendra Siregar, mengatakan, penanaman modal di lokasi tertentu sesuai dengan distribusinya. "Pulau Jawa memiliki investasi lebih besar karena penduduknya besar," ujar Mahendra dalam Konferensi Pers Realisasi Penanaman Modal 2013, Selasa (21/1).

Berdasarkan data mengenai realisasi investasi 2013 di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), PMDN di Jawa Timur tercatat sebesar Rp 34,8 triliun, atau memegang porsi sebesar 27,2 persen dari total investasi dalam negeri. Kalimantan Timur duduk di posisi kedua dengan total investasi sebesar Rp 15,8 triliun atau memiliki porsi sebesar 12,4 persen.

Sementara itu, untuk PMA, Jawa Barat mendominasi dengan porsi sebesar 24,9 persen. Investasi di Jawa Barat tercatat sebesar 7,1 juta dolar AS. Banten memegang porsi sebesar 13 persen. Investasi asing di Banten tercatat sebesar 3,7 juta dolar AS.

Realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebenarnya meningkat. Pada triwulan IV-2013, investasi di luar Pulau Jawa meningkat 42,5 persen yoy atau mencapai Rp 43,6 triliun. Realisasi investasi di Pulau Jawa pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 61,7 triliun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement