EKBIS.CO, MANADO -- PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Utara (Bank Sulut) menargetkan portofolio kredit produktif mencapai 60 persen dari total kredit pada 2018. Dalam konsep BPD Regional Champion (BRC), portofolio kredit produktif diharapkan menjadi sekurang-kurangnya 40 persen pada tahun 2014.
Direktur Utama Bank Sulut Johanis Salibana mengatakan, Perusahaan akan secara bertahap meningkatkan porsi kredit produktifnya. Pada 2016, kredit produktif diharapkan sebesar 40 persen. "Pada 2018, kita bisa bergeser ke 60 persen kredit produktif," ujar Johanis baru-baru ini.
Per Desember 2013, total kredit Bank Sulut mencapai Rp 5,7 triliun. Portofolio kredit Bank Sulut masih didominasi kredit konsumer, yakni sebesar 80 persennya. Johanis mengatakan, kredit konsumer memberikan profit atau keuntungan yang cukup tinggi bagi Perseroan. "Profit dari ini cukup bagus dan menjaga kontinuitas likuiditas bank," ujarnya. Likuiditas terjaga karena rasio macet kredit konsumer dapat dijaga pada 0,1 persen.
Johanis juga mengatakan, Bank Sulut fokus pada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dengan fokus pada segmen tersebut, pergeseran dari kredit konsumer ke kredit produktif dapat segera tercapai. Salah satu strategi yang dilakukan untuk menyasar segmen UMKM adalah bekerja sama dengan lembaga keagamaan dalam penyaluran kredit. Lembaga keagamaan mengidentifikasi jemaah yang tepat untuk dijadikan debitur.
Karena penyaluran kredit yang tinggi, loan to deposit ratio (LDR) pada akhir tahun lalu mencapai 102 persen. Angka tersebut melebihi ketentuan Bank Indonesia (BI) yang mengimbau bank untuk menjaga LDR pada 78-92 persen. Johanis mengatakan, tingginya LDR disebabkan dana-dana yang berada di BPD didominasi dana pemerintah. Dalam peraturan, dana pemerintah di BPD harus menjadi zero account atau ditarik secara keseluruhan. "Jadi semua dana pemerintah di BPD harus nihil," ujarnya.
Tingginya simpanan dana pemerintah di Bank Sulut juga mencerminkan bahwa DPK masyarakat masih kecil. "DPK murni masyarakat dibandingkan pinjaman kredit jauh lebih besar kreditnya," ujarnya. Menurut dia, fenomena tersebut umum terjadi daerah luar Pulau Jawa. Namun, ia mengatakan, dana pemerintah tersebut menjadi bumper bagi BPD jika kredit yang disalurkan tingggi. "Dana pemerintah, sekali masuk bisa triliun sehingga kita bisa bermain rentabilitas dan likuiditas untuk memperkuat struktur," ujar Johanis.