EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan pasar obligasi tertinggi di Asia tahun lalu. Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan, pasar obligasi Indonesia dapat tumbuh 20 persen. Padahal tahun lalu ekonomi tengah mengalami gejolak dan ketidakpastian.
Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB Iwan Jaya Azis mengatakan, pasar obligasi kawasan pada akhir tahun 2013 memiliki 7,4 triliun dolar AS obligasi, tumbuh 11,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, obligasi pemerintah tumbuh 7 persen, sedangkan obligasi korporasi tumbuh 20 persen.
Negara yang masuk dalam laporan ADB adalah Cina, RRC, Indonesia, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. "Indonesia mencatatkan pertumbuhan tahunan tertinggi di Asia, yakni 20,1 persen," ujar Iwan dalam laporan Asia Bond Monitor, Kamis (20/3).
Pasar obligasi Indonesia pada akhir 2013 tercatat sebesar 108 miliar dolar AS. Obligasi pemerintah tumbuh 20,9 persen dibanding tahun lalu menjadi 90 miliar dolar AS. Obligasi korporasi tumbuh 16,4 persen yoy menjadi 18 miliar dolar AS.
Pertumbuhan obligasi pemerintah di Indonesia didukung oleh obligasi pemerintah pusat yang terdiri dari surat perbendaharaan negara dan obligasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, serta Sertifikat Bank Indonesia. Di sektor korporasi, pertumbuhan didukung oleh kenaikan obligasi korporasi konvensional, obligasi subordinasi dan obligasi sukuk ijarah.
RRC merupakan negara yang obligasi korporasinya tumbuh tercepat, yakni tumbuh 31 persen. Perusahaan mengambil keuntungan dari kuatnya permintaan untuk meluncurkan obligasi berdenominasi dolar AS. Kawasan ini menjual 141,5 miliar dolar AS obligasi berdenominasi dolar, yen dan euro. Dari jumlah tersebut, sebanyak 128,4 miliar dolar AS dikeluarkan berbagai perusahaan. Nilai penerbitan obligasi korporasi berdenominasi mata uang lokal mencapai 765 miliar dolar AS tahun lalu.