EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh kekhawatiran terhadap masalah geopolitik di Irak dan pengaruh dari Pemilihan Presiden (Pilpres). Dalam kurs tengah BI, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 12 ribu per dolar AS.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah secara umum disebabkan kekhawatiran di luar negeri khususnya geopolitik Irak. "Itu memang ada tekanan terhadap harga minyak. Dan dikhawatirkan membawa dampak pada Indonesia," ujar Agus, Selasa (24/6).
Indonesia mengalami defisit ganda, yakni defisit transaksi berjalan dan defisit anggaran. Kenaikan harga minyak dikhawatirkan defisit semakin melebar. "Kita melihat APBNP juga defisitnya jadi 2,4 persen, tapi yang perlu diwaspadai adalah eksekusinya supaya betul-betul bisa terjaga apakah penghematan BBM bisa terwujud," ujarnya.
Selain itu, Pilpres juga memberikan pengaruh terhadap nilai tukar. Investor melakukan wait and see hingga presiden baru terpilih. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan, dana yang masuk ke Indonesia dari awal tahun sebesar Rp 130 triliun. Dana terbesar masuk pada Maret, sedangkan pada April dan Mei menurun karena investor melihat pada ekspektasi terhadap Pilpres. "Kita baru bisa lihat bagaimana dampaknya ke kurs mengenai politik ya nanti setelah 9 Juli," ujarnya.
Mirza juga mengakui, pasar rupiah tidak dalam. Volumenya masih kecil dibandingkan volume di pasar keuangan negara yang lebih maju. Sentimen negatif dari dalam dan luar negeri akan sangat berpengaruh pada rupiah. "Oleh karena itu kenapa BI melakukan inisiatif-inisiatif pendalaman pasar keuangan," ujarnya.