Rabu 17 Sep 2014 14:07 WIB

Pabrik Baru Mitsubishi Bawa Masalah bagi Indonesia

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Chairman CEO Mitsubishi, Osamu Masuko berbincang dekat mobil mini MPV Mitsubishi Delica bersama Executive Vice President Mitsubishi Motor Corporation, Kozo Shiraji  dan Presiden Direktur Kramayudha Tiga Berlian (KTB), di Jakarta (16/9). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Chairman CEO Mitsubishi, Osamu Masuko berbincang dekat mobil mini MPV Mitsubishi Delica bersama Executive Vice President Mitsubishi Motor Corporation, Kozo Shiraji dan Presiden Direktur Kramayudha Tiga Berlian (KTB), di Jakarta (16/9). (Republika/Prayogi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Rencana Mitsubishi Motors Corp (MMC), menambah pabriknya di Indonesia mendapat tanggapan serius dari pengamat transportasi. Karena kelahiran pabrik baru juga akan meningkatkan populasi kendaraan akan bertambah.

Pengamat Transportasi, Darmaningtyas, mengatakan, dari sisi transportasi penambahan pabrik mobil jelas membawa dampaki buruk. Sebab, jalanan di Jabodetabek akan semakin padat dan macet.

Apalagi, kedaraan yang akan diproduksi MMC itu jenis kendaraan pribadi yang menggunakan bahan bakar Bensin."Bakal muncul masalah baru lagi dengan bertambahnya mobil," ujarnya, kepada ROL, Rabu (17/9).

Asumsinya itu, bukan tanpa alasan. Dia menyebutkan, 30 persen kendaraan itu terjual di Jakarta dan 20 persennya terjual di Bodetabek.

Dengan begitu, kedepan akan ada penambahan kendaraan sebesar 50 persen dari yang di produksi. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana kemacetan Jabodetabek dalam beberapa tahun kedepan.

Di tambah lagi, dengan kebijakan pemerintah soal mobil murah. Pasti, jalanan ibukota dan wilayah penyangganya akan selalu padat oleh kendaraan.

Selain macet, lanjut Darma, akan timbul masalah lain. Yaitu, soal meningkatnya kebutuhan akan BBM.

Bila permintaan BBM tinggi, maka angka subsisi juga akan bertambah. Jelas kondisi ini akan semakin memerburuk keuangan negara.

"Kalau dari industri tentunya penambahan pabrik baru ini sangat positif. Sebab, bisa menambah pendapatan serta membuka lowongan kerja. Tapi dari sisi transportasi, ini preseden buruk," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement