EKBIS.CO, JAKARTA --- Bank Indonesia (BI) mencatat adanya deflasi di bulan Februari 2015. Hal itu tercermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi sebesar 0,36 persen (mtm) atau 6,29 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan deflasi bulan Februari terutama dipengaruhi koreksi harga aneka cabai dan bensin. Menurutnya, realisasi IHK tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) mingguan. Perkembangan harga tersebut berbeda dengan pola biasanya yang mencatat inflasi.
"Dari sisi komponennya, deflasi terjadi pada kelompok volatile food dan administered prices, masing-masing sebesar 1,69 persen (mtm) dan 1,24 persen (mtm)," jelas Tirta dalam siaran pers, Senin (2/3).
Di kelompok volatile food, lanjutnya, koreksi harga yang signifikan terutama terjadi pada aneka cabai menyusul panen yang terjadi di beberapa sentra produksi. Selain itu, komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami koreksi harga.
Kondisi tersebut dinilai mampu meredam kenaikan harga beras yang terjadi pada tingkat grosir di sejumlah kota besar khususnya di Jakarta. Sementara itu, deflasi pada kelompok administered prices tercatat pada komoditas bensin, tarif angkutan dalam kota, dan tarif angkutan antar kota.
"Perkembangan inflasi inti, sejauh ini masih terkendali bahkan menurun dari bulan lalu sebesar 0,61 persen (mtm) menjadi 0,34 persen (mtm) atau 4,96 persen (yoy)," imbuhnya.
Tirta mengatakan, Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai faktor risiko yang mempengaruhi inflasi yang bersumber dari kelompok volatile food maupun dari administered prices serta perkembangan harga minyak dunia. Bank Indonesia juga akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah pusat dan daerah untuk menjaga inflasi berada pada sasaran yang ditetapkan yakni 4 plus minus 1 persen pada akhir 2015.