Selasa 14 Apr 2015 21:34 WIB

Soal Pesawat R80, Pengamat: Pemerintah Jangan Setengah-Setengah

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden RI ketiga BJ Habibie.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Presiden RI ketiga BJ Habibie.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Rencana pemerintah yang ingin menjadikan Pesawat Regio Prop 80 (R80) menjadi program nasional dinilai Pengamat Penerbangan Arista Atmadja sebagai suatu keharusan.

"Harus dikejar terus, tapi saya tidak yakin, Merpati saja digeletakan begitu saja dan tidak ada kejelasan," ujarnya kepada ROL, Selasa (14/4).

Padahal menurutnya, R80 itu dianggap sangat cocok untuk dikembangkan dan mengudara di Indonesia. Ia menyatakan, saat ini jumlah bandara di Indonesia sudah mencapai 237 bandara, dimana dalam setahun jumlah penumpang rata-rata berkisar di angka 100 juta.

Dosen Aviasi FIB UGM itu menambahkan potensi penumpang pesawat masih sekitar 0,5 persen dari total penduduk Indonesia, dan masih banyak yang bisa digarap. Keberadaan R80, lanjutnya, akan banyak membantu Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan.

"R80 hanya memerlukan panjang landasan pacu antara 1700-2000 meter, sudah bisa landing (mendarat)," lanjutnya.

Ia menilai keberadaan R80 sangat cocok untuk second city seperti Malang, Bengkulu, dan lain-lain. Terkait spesifikasinya, ia menilai R80 memiliki kemiripan dengan Bombardier CRJ milik Garuda Indonesia, hanya saja memiliki tempat duduk lebih sedikit yakni maksimal hanya 80 kursi.

Namun, dengan jumlah kursi yang hanya 80 itu, Arista menilai R80 justru memiliki nilai lebih karena selain mampu menghubungkan ke kota-kota kecil di luar jawa, juga dapat peluang besar untuk bersaing di pasar internasional.

"Tempat duduk yang lebih kecil itu lebih bisa masuk ke pelosok dan itu yg kita butuhkan. Indonesia sebaiknya fokus di produksi spesialis dibawah 80 tempat duduk karena persaingannya masih sedikit. jangan main di pasar yang lebih dari 80 karena bisa digencet negara maju seperti Eropa dan AS."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement