Rabu 03 Jun 2015 00:00 WIB

Hati-Hati, Tiga Hal Ini Bisa Buat Pengusaha PHK Karyawannya

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemutusan Hubungan Kerja (ilustrasi)
Foto: principalspage.com
Pemutusan Hubungan Kerja (ilustrasi)

EKBIS.CO,   Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan ada tiga hal yang membuat para pelaku usaha sektor industri melakukan PHK, yang pertama ialah adanya peningkatan likuiditas dan suku bunga yang tinggi. Suku bunga yang tinggi, ia katakan menyebabkan terjadinya biaya kapital.

"Kedua, biaya bahan baku, bahan baku kan sebagian impor, kalau terdepresiasi kan terjadi kenaikan bahan baku. Ketiga adalah biaya energi dimana BBM dan TDL naik, itu kan input semua," ujar Enny kepada ROL, Selasa (2/6).

Enny menambahkan, jika input dari biaya modal, suku bunga, bahan baku, BBM, TDL, dan LPG, upah tenaga kerja, serta biaya distribusi naik secara berbarengan maka akan menimbulkan tekanan terhadap sektor industri.

"Dari sisi biaya produ meningkat begitu tajam, sementara disisi lain, daya beli masyarakat rendah," lanjutnya.

Ia menambahkan, apabila meningkatnya biaya produksi diimbangi dengan daya beli masyarakat maka barang akan tetap laku. Namun, yang terjadi saat ini ialah biaya produksi naik, daya beli masyarakat rendah dan membuat barang tertahan di gudang dengan tidak ada lagi produksi maka konsekuensinya ialah memberhentikan karyawan.

Untuk mengatasi hal ini, ia menyarankan pemerintah untuk melakukan kebijakan yang memiliki implikasi menurunkan biaya-biaya korporasi atau sektor riil seperti tingginya biaya logsitik dan permasalahan infrastruktur. Namun, dua hal itu ia katakan menjadi proyek jangka panjang dan tidak akan mudah dilakukan secara cepat untuk mengatasi persoalan yang terjadi di sektor industri saat ini.

"Kalau jangka pendek itu menghapus pungli (pungutan liar), setiap truk atau armada niaga yang lewat pasti menjadi objek dari para petugas, kalau pemerintah serius memberantas itu bisa dan tidak diperlukan anggaran hanya komitmen menghilangkan pungli," ungkap Enny.

Ia juga meminta pemerintah serius memperlancar arus distribusi barang yang akan berdampak pada biaya logistik yang tinggi. Selain itu, waktu bongkat muat (Dwelling Time) di pelabuhan, lanjutnya, ia nilai menjadi perhatian pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut. Ia menilai pemerintah harus tegas dalam menata sistem antrian di pelabuhan yang memiliki dampak besar dalam mengurangi biaya logistik.

Ia mengharapkan adanya penurunan biaya suku bunga. Saat ini, tingkat suku bunga dalam negeri tergolong sangat tinggi dan membuat high cost economy. Ia optimis apabila suku bunga dikendurkan akan memberikan dampak kepada para pelaku usaha di sektor riil.

Terkait melemahnya nilai tukar rupiah, Enny mengharapkan pemerintah mempunyai satu instrumen untuk stabilisais nilai tukar, atau lebih fundamental  lagi jika pemerintah memberikan insentif kepada industri impor sehingga mengurangi berbagai macam beban.

"Supaya tidak terjadi PHK, pemerintah harus berikan stimulus insentif terhadap sektor riil supaya kurangi beban high cost economy sehingga kalo biaya tidak terlalu tinggi maka ada uang untuk tingkatkan produksi," jelasnya.

Setelah itu, Enny melanjutkan perlu juga diperhatikan akses pasar bagi para pelaku industri. Akses pasar ia katakan tidak hanya memiliki orientasi kepada ekspor saja tapi juga bagaimana produk dalam negeri menjadi tuan di negeri nya sendiri.

"Jangan sampai sudah bisa produksi, tapi terjadi penetarasi barang-barang impor. Oleh karenanya, barang-barang impor perlu ada standarisasi dari pemerintah. Itu bisa mengendalikan laju PHK," tegas Enny.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement