EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank JTrust Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit sampai akhir tahun 2015 sebesar 17 persen (yoy). Bank JTrust yang dulunya bernama Bank Mutiara tersebut belum akan melakukan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB).
Direktur Utama Bank JTrust Indonesia Ahmad Fajar mengaku masih optimistis pertumbuhan kredit berada di atas rata-rata industri perbankan. Meskipun dia mengakui adanya perlambatan kredit, namun JTrust akan mendorong di semester kedua setelah lebaran. Sebab, saat ini perusahaan telah memiliki beberapa pipeline terutama untuk kredit konsumer dan UMK.
"Jadi kan revisi itu kesempatannya sampai bulan Juni, sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kredit kita perkiraannya sekitar 17 persen," jelasnya kepada wartawan seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (23/6).
Tahun ini, Bank JTrust Indonesia akan fokus di penyaluran kredit ke sektor UKM, konsumer dan komersial. Sektor UKM lebih diprioritaskan, porsinya ditingkatkan dari 5 persen menjadi 20 persen. Selain itu, kredit multifinance pertumbuhannya mencapai 20 persen.
"Kalau dalam mikro kita tetap bertumbuh tapi hati-hati sekali, memang tahun ini pertumbuhannya sedikit kurang dibanding tahun sebelumnya," imbuhnya.
Ahmad Fajar menambahkan, perusahaan menargetkan perolehan laba bersih sekitar Rp 53 miliar sampai akhir tahun 2015. Tahun ini, Bank JTrust lebih menitikberatkan pada konsolidasi yaitu merestrukturisasi atau menjual aset-aset yang bermasalah kita restrukturisasi.
Dari sisi kredit bermasalah (non performing loan/NPL), ditargetkan berada di bawah 5 persen baik net atau gross. Bank JTrust Indonesia akan merecovery aset-aset yang bermasalah melalui sister company. Pembentukan perusahaan aset manajemen itu masih dalam proses perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Target recovery aset bermasalah mencapai Rp 250 miliar dilakukan secara bertahap. Di samping itu, Bank JTrust Indonesia telah memiliki sister company bernama JTrust Investment yang bergerak di bidang properti.
Ahmad Fajar menambahkan, pada semester kedua tahun ini perusahaan akan menerbitkan surat utang (obligasi) bilateral sebesar Rp 1 triliun sampai Rp 2 triliun. Penerbitan surat utang bertujuan untuk mengurangi biaya dana (cost of fund). Namun, dia enggan menyebutkan nominal cost of fund yang bakal bisa dikurangi.
Dia juga menyebutkan, perusahaan bakal mendapat suntikan modal dari JTrust perusahaan induk sampai 2017 atau tiga tahun pertama setelah pembelian. Saat ini, Bank JTrust Indonesia telah mendapat suntikan modal sebanyak dua kali masing-masing Rp 300 miliar pada Desember 2014 dan Maret 2015.
Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposite ratio) bakal dijaga di kisaran 80-90 persen. Sedangkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 17 persen. Dengan rasio CAR tersebut, JTrust masuk kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II.