Setelah mencapai kebangkitan pada awal 1990, Indonesia kembali menghadapi krisis moneter 1997. Saat itu rupiah terdepresiasi signifikan atas dolar AS. Periode ini punya efek finansial destruksi yang besar sekaligus meningkatnya capital outflow.
Krisis kembali datang pada tahun 2008. Kali ini, Indonesia ikut terkena dampak dari krisis global. Krisis ini berefek ke banyak negara. Di Indonesia, rupiah kembali terdepresiasi.
Tahun 2015, lanjut Bambang, ekonomi global telah bergerak di luar ekspektasi. Saat ini Indonesia dan negara lain di dunia tengah mengalami perlambatan ekonomi.
Namun, ia menilai belajar dari pengalaman-pengalaman itu, Indonesia sudah banyak berkembang. Bahkan kini LPS bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berusaha menyelesaikan UU JPSK sebagai pengaman sistem keuangan demi mengantisipasi krisis.
"Pengalaman kita punya manfaat untuk menangani krisis finansial. Kita harus tetap hati-hati untuk menangani turbulensi ekonomi global," tegas Bambang.