EKBIS.CO, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat cukup signifikan pada Selasa (6/10).
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, pada perdagangan di pasar spot, Selasa (6/10), kurs rupiah menguat 262 poin dan menjadi apresiasi terbesar sejak Mei 2012.
Rupiah menguat 1,81 persen ke level Rp 14.241 per dolar AS dari penutupan Senin (5/10) di level Rp 14.503 per dolar AS. Pergerakan kurs rupiah pada Selasa sempat menyentuh level Rp 14.175 per dolar AS dan level terlemah Rp 14.482 per dolar AS.
Sementara, menurut data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, kurs tengah ditetapkan pada level Rp 14.382 per dolar AS pada Selasa. Level tersebut menguat 222 poin dibandingkan Senin di level Rp 14.604 per dolar AS atau terapresiasi 1,52 persen. Adapun, kurs jual yang ditetapkan BI pada Selasa berada pada level Rp 14.454 per dolar AS dan kurs beli Rp 14.310 per dolar AS.
Ekonom FE UI Lana Soelistyaningsih mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah disebabkan banyak dana asing yang masuk, terutama di bond market. Di pasar equity (saham), dana yang masuk sekitat 800 juta dolar AS, sedangkan di bond market lebih besar.
"Cuma, yang beli siapa, tidak tahu. Dua hari lagi, kita baru tahu apakah yang beli bank sentral atau investor fund manager," kata Lana saat dihubungi Republika, Selasa sore.
Lana menyebutkan, banyak bank sentral yang membeli surat utang (bond) Indonesia. Kalau data bank sentral ada kenaikan, berarti bank sentral yang membeli. Biasanya sifat investasi lebih lama.
Sedangkan, fund manager biasanya memanfaatkan likuiditas yang lebih banyak dan kondisi global yang risikonya lebih terukur. Sehingga, membeli aset Indonesia yang murah karena rupiah melemah investor bisa beli lebih banyak surat utang di Indonesia.