EKBIS.CO, JAKARTA -- Penurunan penjualan mobil dan motor membuat kinerja pendapatan bersih konsolidasi PT Astra International Tbk (ASII) menurun delapan persen menjadi Rp 138,2 triliun selama sembilan bulan pertama 2015. Sementara laba bersih konsolidasi juga menurun 17 persen menjadi Rp 12,0 triliun.
Penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 18 persen menjadi 765.000 unit. Penjualan mobil Astra menurun sebesar 20 persen menjadi 382 ribu unit, sehingga menyebabkan penurunan pangsa pasar dari 51 persen menjadi 50 persen sepanjang sembilan bulan pertama 2015.
Sementara, Penjualan sepeda motor nasional menurun sebesar 20 persen menjadi 4,8 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami penurunan sebesar 14 persen menjadi 3,3 juta unit, sehingga pangsa pasarnya meningkat dari 63 persen menjadi 68 persen.
Tak hanya di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis juga mengalami hal serupa. Presiden Direktur ASII, Prijono Sugiarto mengakui situasi bisnis yang kini tengah menantang terus dihadapi oleh Grul Astra.
"Kami memperkirakan kinerja dari seluruh lini bisnis tidak akan mengalami banyak perubahan di sisa penghujung tahun ini," ucapnya, seperti dalam keterangan resmi, Kamis (29/10).
Ia menjelaskan, pihak perseroan kini menghadapi penurunan konsumsi domestik yang ditambah dengan persaingan di pasar mobil, pelemahan harga komoditas dan penurunan kualitas kredit korporasi dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Hal itu membuat kontribusi dari seluruh segmen bisnis menurun kecuali alat berat dan pertambangan.
Khusus untuk segmen otomitif, laba bersih yang diperoleh menurun 10 persen menjadi Rp 5,3 triliun. Secara keseluruhan, lemahnya permintaan otomotif selama sembilan bulan pertama 2015 disebabkan oleh perlambatan ekonomi.
"Diskon harga di pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi terus memberikan dampak negatif terhadap laba bersih," jelasnya.
Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang lebih rendah karena berkurangnya volume dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.