EKBIS.CO, JAKARTA --- Maybank Indonesia, sebelumnya dikenal dengan Bank Intenasional Indonesia (BII), lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit pada kuartal III-2015 sampai kuartal I-2016.
Direktur Keuangan Maybank Indonesia, Thila Nadason, mengatakan, pelambatan ekonomi menyebabkan perusahaan harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru. Terlebih rasio kredit bermasalah (NPL) bank di kuartal III-2015 masih cukup tinggi, yakni di level 4,34 persen (gross) dan 2,79 persen (net).
"Karena kekhawatiran kualitas dan operational cashflow terkena juga," katanya kepada wartawan di kantor pusat Maybank Indonesia Senayan, Jakarta, Senin (2/11).
Maybank Indonesia juga belum bisa menurunkan kredit. Dari awal tahun 2015, Maybank Indonesia belum menurunkan bunga kredit secara keseluruhan. Namun, ada penurunan bunga kredit kepada debitur-debitur tertentu berdasarkan total relationship. Debitur tersebut termasuk debitur khusus yang juga menjalankan bisnis-bisnis lain termasuk cash management dan sebagainya.
"Bunga kredit stabil, karena BI rate belum turun lagi," ucapnya.
Thila menyebutkan, BI rate akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan suku bunga kredit. Sebab, biaya dana (cost of fund) semuanya terpengaruh oleh BI rate. Sehingga, jika BI rate masih stabil di level 7,5 persen, maka suku bunga simpanan dan suku bunga kredit Maybank Indonesia juga akan stabil.
Namun, jika nantinya BI rate turun, perusahaan akan melihat cost of fund untuk menentukan tingkat suku bunga kredit. "Nggak bisa janji secara total ya. Tapi itu salah satu yang kami pertimbangkan juga," ungkapnya.
Sampai kuartal III-2015, Maybank Indonesia telah menyalurkan kredit sebesar Rp 111,5 triliun, tumbuh 6,6 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 104,6 triliun. Sektor bisnis dan ritel menjadi motor pertumbuhan kredit Maybank Indonesia. Sektor ritel memberikan kontribusi sebesar 40 persen dari total kredit bank, sedangkan sektor bisnis sebesar 39 persen.