EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Hasil Sembiring mengaku belum mengetahui kabar masuknya beras impor ke tanah Indonesia.
"Kata siapa, saya tidak tahu, ini baru dari Jombang, produksi (beras) melimpah," kata dia kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (4/11).
Namun, jika benar ada beras Vietnam masuk Indonesia, ia menekankan fungsinya sebagai cadangan. Ia mengingatkan jangan sampai beras keluar ke pasar dan mengakibatkan harga beras di tingkat petani jatuh.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara (Sultra) Goan Panelewen juga mengaku belum mengetahui kabar beras impor masuk gudang Bulog Manado. "Wartawan lokal juga tidak ada yang menulis soal itu," katanya.
Ia menguraikan, kondisi produksi beras di wilayahnya surplus. Dari target produksi 2015 sebesar 724.234 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG), prediksi capaian produksi di Sultra telah mencapai 674 ribu ton GKG hingga menginjak Angka Ramalan (Aram) II. Jika dikonversi ke beras, akan diperoleh 350 ribu ton beras.
Sementara, kebutuhan beras di Sultra per tahunnya sebanyak 330 ton beras. Artinya, terjadi surplus 20 ribu ton beras di wilayah tersebut. Di sisi lain, ia mengaku harga beras di kawasan tersebut normal. Harganya Rp 9.000 per kilogram untuk beras medium dan Rp 10 ribu per kg untuk beras premium. Harga di tingkat petani Rp 8.000 per kg.
Dengan kondisi tersebut, ia menilai wilayahnya tidak perlu impor beras. Komoditas yang dinilai perlu diimpor adalah cabai karena produksinya terganggu oleh kekeringan.
Sebelumnya, Perum Bulog Divisi Regional Sulawesi Utara mengimpor beras dari Vietnam hingga 4.800 ton. Impor beras dilakukan karena produksi dinilai tidak mencukupi akibat adanya kekeringan.