Hingga kini Risdani telah memiliki 30 item pernak-pernik dengan harga Rp 4.000 hingga Rp 200 ribu yang dipajang di gerai miliknya, Dapur Kreasi Daur Ulang Risarepanga, dengan memperkerjakan sembilan orang.
Untuk menyerap produk buatan rekannya yang tersebar di seluruh Indoneia itu, Risdani sama sekali tidak khawatir karena telah bekerja sama dengan reseller di seluruh kota.
Sejauh ini, permintaan relatif terjaga, termasuk dari Green Teacher Australia, yakni komunitas guru yang peduli pada lingkungan dan mulai memesan sejak 2012.
Setelah memulainya pada 2009, ia sudah meraup omzet sekitar Rp 300 juta untuk pasar nasional dan Rp 100 juta untuk pasar luar negeri. Sementara, dari total omzet itu, keuntungan bersih yang diperolehnya sekitar 25 persen.
Lantas dengan pundi-pundi uang yang sudah dihasilkan itu, mengapa Risdani masih mau menjadi guru?.
Menurutnya, ini sesuatu yang berbeda karena menjadi guru merupakan bentuk pengabdian.
Ia bercita-cita, bukan hanya mendidik siswa secara keilmuan sesuai dengan kepandaian yang dimiliki yakni bidang lingkungan hidup, tapi juga mengajarkan anak asuhnya cara berwirausaha.
"Justru saya berpikir, jika saya berhenti, siapa yang akan meneruskan untuk mengajar siswa di sekolah. Saya ingin siswa ini sendiri yang akhirnya tertarik untuk berwirausaha, seperti saat ini sudah ada dua siswa yang menjadi penyuplai bahan baku, dan uang yang diperoleh untuk membiayai sekolah," kata dia.