EKBIS.CO, JAKARTA - Deputi Bidang Distribusi Statistik dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, nilai tukar rupiah akan semakin tertekan terhadap dolar AS pada pengujung tahun ini. Penyebabnya bukan hanya karena adanya rencana kenaikan suku bunga the Fed, tapi juga karena permintaan terhadap dolar sedang tinggi-tingginya.
Sasmito menjelaskan, salah satu faktor pemicu melemahnya rupiah di kisaran Rp 14 ribu per dolar AS seperti saat ini karena banyaknya perusahaan membayar cicilan atau bunga utang yang biasa terjadi di akhir tahun. Kondisi ini membuat permintaan dolar di dalam negeri meningkat, sementara pasokannya tidak memadai.
"Banyak pembayaran utang perusahaan yang harus dipenuhi di akhir 2015. Permintaan valas khususnya dolar AS jadi meningkat," kata Sasmito di kantor BPS, Selasa (15/12).
Selain pembayaran utang perusahaan, tambah Sasmito, faktor lain pendorong meningkatnya permintaan dolar adalah karena akan adanya libur natal dan tahun baru.
"Yang mau liburan ke luar negeri kan butuh dolar. Itu juga yang membuat rupiah kita melemah," ujar Sasmito.
Berdasarkan data BPS, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per November melemah 0,63 persen atau 86,07 poin dibanding posisi Oktober. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap dolar AS terjadi pada Minggu ke-3 November 2015, yaitu Rp 13.686,26 per dolar AS.