EKBIS.CO, JAKARTA -- Rendahnya harga minyak dunia saat ini membuat komoditas perkebunan ikut merosot harganya, termasuk kelapa sawit.
Kondisi ini membuat Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit membuka opsi untuk menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) demi menjaga pengembangan biodiesel 20 persen (B20) dan peremajaan tanaman sawit.
(Baca: Darmin: Kebijakan Biodiesel Bisa Pangkas Impor BBM 6,9 Juta KL)
Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi mengatakan, opsi tersebut sedang dipertimbangkan meski tak menutup kemungkinan untuk digunakan. Hal ini agar program B20 tetap bisa dilaksanakan demi pengembangan kelapa sawit.
"Saya diperintahkan untuk menghitung dengan baik, membuat skenario semua kemungkinan. Semua opsi akan kita masukan sebagai pertimbangan termasuk opsi penggunaan APBN. Opsi itu tidak ditutup," ujar Bayu, Rabu (27/1).
Meski begitu, Bayu menegaskan bahwa opsi penggunaan dana dari APBN untuk mempertahankan program B20 serta replanting sawit adalah pilihan terakhir karena pihaknya masih optimistis ketersediaan dana masih mencukupi.
"Saat ini tidak dipertimbangkan menggunakan dana APBN karena dana carryover 2015 masih punya cukup dan bisa menjaga program biofuel 20 persen di tahun 2016," kata dia.
Bayu menambahkan, untuk menjaga keberlanjutan program B20 pihaknya masih memantau kondisi harga minyak dunia dan komoditas yang saat ini tengah anjlok. "Tampaknya ada sinyal-sinyal harga minyak bumi sudah mau rebound, kita lihat dan pantau terus," tuturnya.
Bayu menyebut, saat ini BPDP masih memiliki anggaran untuk pengembangan kelapa sawit dan program B20 sebanyak Rp 9,5 triliun. Dengan dana sebesar itu, mengacu pada harga minyak dunia saat ini, maka penggunaan dana sawit masih cukup bahkan sampai 10 bulan ke depan.