Hingga kini, Tatang dan tim berhasil meraup omzet sekitar Rp 30 juta – Rp 40 juta per bulan. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha, di mana ia ingin mendirikan sejumlah cabang /outlet Ecodoe di kawasan wisata. Dengan begitu, boneka hasil buatannya akan mudah dijangkau kapan pun dan di manapun.

Untuk para pengrajin, ia juga ingin mendirikan koperasi agar mereka pun dapat kekuatan ekonomi dari kerja sama dengan Ecodoe. Saat ini, Ecodoe baru memiliki satu outlet di kawasan Bogor, tepatnya di Dramaga No 37.

Bagi Tatang, menjadi pengusaha muda di bawah usia 30 tahun memiliki banyak keuntungan. Sebab, segala kesempatan dan media permodalan terbuka lebar, baik itu dari pengusaha swasta maupun nasional.

Apalagi, jika usaha tersebut mengusung konsep ekonomi hijau. Gelontoran dana akan masuk jika pandai membuka relasi dan informasi. "Pemuda pengusaha itu yang penting idenya bagus, lalu dia berani tampil beda. Pasti ada jalan modal," kata dia kepada Republika.

Makanya, pascamengantongi ide boneka domba dari akar wangi dan bulu domba, ia mengikutsertakannya dalam lomba. Ide tersebut dinilai bagus oleh dewan juri. Ia dan tim lantas memeroleh hadiah Rp 10 juta yang kemudian dijadikan modal awal usaha.

Ia membeli bulu domba dan akar wangi dari peternak di Garut dan Wonosobo. Untuk bulu domba, ia membeli dengan harga Rp 22.500 per kilogram.