Ahad 10 Jul 2016 16:22 WIB

BI Target Transaksi Repo Rp 5 Triliun per Hari

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menargetkan transaksi repurchase agreement atau repo antarbank dapat mencapai rata-rata transaksi Rp 5 triliun per hari pada akhir tahun 2016.

Kepala Departemen Pengembangan Pendalaman Pasar Keuangan BI, Nanang Hendarsah mengatakan, hingga Juni 2016, transaksi repo antarbank telah mencapai Rp 1,8 triliun.

"Harapannya sampai akhir tahun bisa Rp 5 triliun per hari. Sekarang saya optimis bisa mencapai angka tersebut. Kalau Rp 2 triliun, di bulan Juli juga sudah bisa,"ujar Nanang Hendarsah di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, belum lama ini.

Sementara transaksi di pasar keuangan secara keseluruhan telah mencapai Rp 16,4 triliun. Peningkatan transaksi repo tersebut terjadi secara musiman. Menurut Nanang, pada Ramadhan dan Lebaran diperlukan likuiditas yang besar. Umumnya, menjelang liburan panjang, nasabah perlu meminjam uang dengan jangka waktu agak panjang.

"Nah pinjem agak panjang itu dengan repo kebanyakan. Jadi sekarang yang satu minggu sampai tiga bulan sudah banyak dengan repo dibandingkan PUAB (Pasar Uang Antar Bank). Tapi yang overnight masih pakai PUAB," jelas Nanang.

Tercatat, transaksi pinjam meminjam likuiditas antarbank tanpa agunan atau Pasar Uang Antar Bank (PUAB) telah mencapai Rp 14 triliun per hari. Transaksi PUAB tercatat masih lebih besar dari repo karena masih didominasi oleh transaksi overnight yang memiliki kapasitas sebesar 40 persen dari total transaksi keseluruhan.

Nanang menjelaskan, pengelolaan likuiditas bank selain dilakukan dengan Repo dan PUAB, juga dilakukan dengan menggunakan Forex Swap. Forex Swap merupakan pinjam meminjam likuiditas dengan agunan dolar AS. Biasanya dilakukan oleh bank asing. Data terakhir pada Juni 2016 menunjukkan transaksi Forex Swap sekitar Rp 13 triliun. Sehingga secara total, transaksi likuiditas antar bank dapat mencapai Rp 30 triliun.

"Karena kemarin ada kebutuhan rupiah menjelang Lebaran. Lalu ada lelang SBN, itu kan juga perlu likuiditas terutama bank-bank asing yang bertindak sebagai custody. Sehingga permintaan rupiah agak naik. Memang premi swapnya sempat naik, tapi setelah BI buka lelang swap udah turun lagi. Ya itu seasonal, faktor musiman," kata Nanang.

Hingga saat ini, tercatat sudah ada 60 bank yang menandatangani General Master Repurchase Agreement (GMRA) untuk melakukan transaksi repo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement