EKBIS.CO, SURABAYA -– Kapal peti kemas Tommi Ritscher dengan kapasitas lebih dari 4.000 TEUs sandar di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jumat (29/7). Armada raksasa milik perusahaan pelayaran asal Denmark, Maersk Line, tersebut, menjadi kapal peti kemas terbesar yang pernah sandar di Terminal Teluk Lamong (TTL).
Sekretaris Perusahaan Pelindo III, Yon Irawan, mengatakan, dengan sandarnya kapal raksasa tersebut membuktikan Surabaya sudah menjadi salah satu pusat perdagangan dunia. Terlebih, TTL telah didukung fasilitas infrastruktur yang memadai dan modern.
“Pelindo III merasa terhormat karena inovasinya di bidang logistik dengan membangun Terminal Teluk Lamong dan merevitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) disambut baik oleh agen pelayaran internasional,” kata Yon dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id.
Yon menjelaskan, TTL yang diresmikan Presiden Joko Widodo tahun lalu merupakan terminal peti kemas dan curah kering yang beroperasi dengan peralatan semi-otomatis dan memiliki kedalaman kolam labuh -14 meter LWS. Pelindo III telah merevitalisasi APBS (jalur lintasan kapal) di Selat Madura yang semula selebar 100 meter menjadi 150 meter dan berkedalaman semula -9,5 meter LWS menjadi -13 meter LWS.
“Pengembangan kedua fasilitas tersebut membuat Pelabuhan Tanjung Perak berperan penting dalam menurunkan biaya logistik di Indonesia, karena dengan kapal yang lebih besar transportasi barang menjadi lebih efisien dan dengan peralatan yang lebih modern proses bongkar muat menjadi lebih cepat,” ungkapnya.
Kapal peti kemas tersebut melakukan bongkar muat di dermaga internasional TTL, dengan total 2.822 boks atau setara dengan 3.996 TEUs. Kapal berbendera Portugal buatan tahun 2014 itu membongkar 549 boks peti kemas impor dan memuat 2.273 boks peti kemas ekspor. Tujuan muatannya yakni, Indonesia - Cintao (China) - Busan (Korea Selatan).
“Jumlah peti kemas ekspor yang lebih banyak daripada peti kemas impor memberikan penanda positif pada perdagangan nasional di tengah perekonomian dunia yang mulai bangkit di semester kedua tahun 2016 ini,” ujarnya.
Kapten Kapal Tommi Ritscher, Michael Mueller, mengapresiasi Terminal Teluk Lamong yang dinilai memberikan pelayanan bermutu tinggi. “Pelayanannya excellent, baik dari segi peralatan, lapangan, dan staff yang melayani, sehingga proses sandar dan bongkar muat dapat berjalan dengan mudah dan cepat”, ucap Michael Mueller di dermaga Terminal Teluk Lamong.
Dermaga internasional TTL memiliki fasilitas Ship to Shore crane yang berkemampuan twin-lift atau sanggup mengangkat 2 peti kemas berukuran 20 kaki secara bersamaan. Automated Stacking Crane (ASC) yang mendukung di lapangan penumpukkan peti kemas berkecepatan tiga kali lebih efisien daripada Rubber Tired Gantry (RTG) konvensional. Selain itu memberikan keamanan pelayanan bagi pengguna jasa karena tidak ada pekerja (SDM) yang berada di lapangan penumpukkan peti kemas TTL. Pengoperasiannya dilakukan secara semi-otomatis, yakni dijalankan oleh operator dari balik menara kontrol.
Tommi Ritscher merupakan salah satu armada Maersk Line yang berukuran panjang 256 meter dan lebar badan kapal 34 meter. Dengan bobot kapal yang mencapai 48.338 ton, kapal tersebut membutuhkan kedalaman -12,4 meter LWS. Dermaga internasional TTL memiliki kedalaman -14 meter LWS sehingga dapat disandari kapal yang lebih besar.
Maersk Line merupakan perusahaan pelayaran terbesar di dunia, asal Denmark. Berdasarkan ranking TOP 100 yang dirilis oleh Alphainer pada Januari 2016, Maersk Line memiliki armada terbanyak dan kapasitas angkut kapal terbesar. Perusahaan pelayaran tersebut mengoperasikan 589 unit kapal peti kemas dengan total kapasitas mencapai 3.010.757 TEUs atau 13,5 persen dari total kapasitas pengiriman peti kemas dunia.