Bank Mandiri hingga September 2016, telah menyalurkan pembiayaan pada program Jaring hingga Rp1,34 triliun, dengan total outstanding penyaluran sebesar Rp2,48 triliun sejak program Jaring diluncurkan. Pada sepanjang tahun lalu, pinjaman program Jaring yang disalurkan perseroan mencapai Rp1,14 triliun.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas menjelaskan, selain peningkatan pembiayaan sejak tahun diluncurkan, upaya penguatan dukungan ke program Jaring juga dilakukan melalui pengelolaan atau mitigasi risiko yang ada, seperti pemilihan fokus pembiayaan ke depan dengan titik berat pada subsektor pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas perikanan.
Sementara untuk subsektor Perikanan Tangkap, tambahnya, Bank Mandiri akan menekankan pada penyaluran pembiayaan dengan target nelayan binaan dari nasabah korporasi perseroan. “Kami akan mengarahkan 60-70 persen pembiayaan perikanan di subsektor ini,” katanya.
Tren Peningkatan
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Komisioner Manajemen Strategis OJK Slamet Edy Purnomo sebagai Koordinator Program Jaring OJK mengungkapkan, per Agustus 2016 ini kredit JARING telah tersalurkan sebesar Rp 22,5 triliun dari sebanyak 16 bank. Realisasi ini jauh melampaui target awal yang sebesar Rp 9,2 triliun hingga akhir tahun.
Adapun NPL di bawah rata-rata industri perbankan yakni 2,26 persen year on year (yoy). Hal ini membuktikan bahwa pembiayaan ke sektor ini berdampak baik pada pelaku usaha meski diguncang perlambatan ekonomi.
Pembiayaan program Jaring ini, kata Slamet, diberikan kepada sektor hulu hingga hilir. Khususnya di sektor perikanan hilir, ia menyebutkan bahwa pertumbuhannya sangat bagus dengan outstanding kredit paling dominan yakni sebesar Rp 6,1 triliun.
"Dengan kondisi ekonomi yang diperkirakan membaik di tahun depan, lalu program-program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mendukung usaha nelayan dan sektor ini, saya yakin tahun depan trennya tetap naik," kata Slamet.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan perbankan kini makin percaya diri memberikan kredit kepada sektor perikanan. Adanya teknologi GPS di kapal saat ini sedikit menghilangkan kekhawatiran perbankan apabila terjadi risiko kredit macet. Dahulu, tidak adanya GPS di kapal menjadi salah satu pertimbangan bank untuk tidak menyalurkan kredit. Karena aset yang ada terus bergerak dan tidak bisa dilacak keberadaannya.
Namun, bukan berrarti masalah di sektor perikanan menjadi nihil. Di sisi lain infrastruktur pelabuhan dinilai masih belum mendukung dan belum tersedianya cukup cold storage untuk menjaga ikan tetap segar. Hal ini dinilai akan berpengaruh pada daya beli ke produk perikanan. "Kalau kita perbaiki logistiknya maka akan lebih bagus ke depannya. Saat ini ekonomi melambat saja sektornya masih tumbuh," katanya.
Kendati begitu, ia menilai prospek sektor ini masih sangat besar. Terlebih lagi dengan sumber daya yang melimpah dan masyarakat Indonesia yang lebih cenderung mengkonsumsi protein hewani. Ia pun berharap pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong masyarakat Indonesia mengkonsumsi produk perikanan.