EKBIS.CO, Oleh Muhammad Hafil/Wartawan Republika.co.id
Satu persatu pohon singkong setinggi tiga meter dicabut oleh Endar (47 tahun), warga Kelurahan Lewinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Pohon singkong yang dicabut tidak terlalu keras. Dia terbiasa mencabut pohon singkong dua hari sekali.“Setiap dua hari sekali singkong yang saya kumpulkan dari kebun mencapai 1 kuintal,” kata Endar kepada Republika.co.id usai mencabut pohon singkong itu, Kamis (27/10).
Singkong itu dia jual ke industri rumahan pembuat kripik. Di antaranya ke Cimanggis dan Cisalak, Kota Depok. Dia mendapatkan rezekinya dari penjualan singkong itu.
Menurut Endar, singkong adalah pohon perkebunan yang tidak mengenal musim. Sehingga, selesai mencabut dia akan menamam kembali singkongnya. Dan bisa dicabut beberapa waktu kemudian. “Ini enaknya nanem singkong,” kata Endar.
Selain singkong, Endar juga berkebun berbagai tumbuhan lainnya. Diantaranya yakni pisang, papaya, dan bayam. Sama seperti singkong, dia juga menjual hasil dari tumbuh-tumbuhan itu.
Endar adalah satu dari sekian banyak warga yang menggarap lahan milik TNI AD di Kelurahan Lewinanggung. Lahan itu tadinya adalah lahan tidur yang tidak produktif. Namun, atas saran dari seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kelurahan Lewinanggung, Pelda Bani, beberapa tahun lalu, lahan tersebut diubah menjadi lahan produktif.
Menurut Pelda Bani, tanah milik TNI itu dulunya adalah lahan kosong seperti tidak bertuan. Banyak semak belukar tidak terurus. Kemudian dia bersama rekan TNI lainnya menggerakkan warga untuk bersama-sama menjadikan lahan tidur ini menjadi produktif yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Apalagi, dia melihat masyarakat di sini adalah buruh bangunan yang bekerja hanya berdasarkan adanya sebuah proyek. Jika tidak ada, maka tidak kerja.
Bani dan warga akhirnya sepakat untuk membangun lahan tidur seluas 17 hektare milik TNI AD ini. Mereka juga membuat empang dan selokan. Empang dibuat untuk menangkar ikan sedangkan selokan berfungsi sebagai saluran air karena tanah di sini jenisnya adalah tanah basah.
Setelah beberapa waktu menjalankan upaya ini, warga mulai merasakan manfaatnya. Yakni, di lahan itu warga menggarap lahan dengan tanaman-tanaman produktif seperti bayam, singkong, pepaya, dan pisang.
Kerjasama antara warga dan TNI AD dalam menghidupkan lahan tidur itu semakin diperkuat dengan dukungan dari pihak perusahaan. Pada 2015 lalu, PT Pertamina (Persero) melirik kegiatan yang dilakukan antara TNI dan masyarakat di sini.
Tanpa diminta, Pertamina menawarkan bantuan bagi pengembangan lahan ini menjadi lebih produktif melalui program corporate social responsibility (CSR).“Pertamina menawarkan bantuan, ya warga menerima. Karena lahan ini bagus untuk dikembangkan,” kata Bani.
Pertamina kemudian membangun pendopo bernama rumah pintar di kawasan perkebunan ini. Rumah pintar berfungsi sebagai pusat komunikasi warga. Selain itu, jika ada pelatihan atau pengarahan dilakukan di tempat ini.
Pertamina juga membangun mushola, toilet, rumah, dan halaman di sekitar lahan perkebunan itu. Konsepnya adalah ekowisata. Sehingga, tempat ini juga bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi.
Gubuk atau saung juga dibangun di sejumlah titik perkebunan. Hal tersebut berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para petani penggarap.
Bantuan untuk pendukung produksi perkebunan meningkat juga diberikan. Di antaranya alat-alat seperti traktor dan mesin pembajak sawah. “Dukungan dari Pertamina ini tentunya sangat bermanfaat bagi para penggarap di sini,” kata Bani.
Sekarang, lahan perkebunan yang dikembangkan warga, TNI, dan Pertamina di kelurahan Lewinanggung itu kerap menjadi tempat objek penelitian. “Kemarin ada profesor dari UI dan mahasiswa UNJ datang ke sini untuk praktek dan penelitian,” kata Bani.
Area Manager Communication and Relation PT Pertamina (Persero) Jawa Bagian Barat, Yuddy Nugraha mengatakan, bantuan dari program CSR Pertamina memang ingin yang memberikan manfaat bagi masyarakat di daerah sekitar operasi Pertamina. “Bantuan yang diberikan Pertamina itu seperti kail, bukan ikan,” kata Yuddy saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (27/10).
Untuk kasus di program CSR di Kelurahan Lewinanggung itu merupakan satu dari empat pilar program CSR Pertamina. Yakni, di bidang lingkungan.
Selain di Kelurahan Lewinanggung , Pertamina juga pernah membantu warga yang memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif lainnya. Yakni, di daerah Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Di sana, ada 10 desa yang memanfaatkan lahan milik Pertamina seluas 110 hektare yang belum digunakan. Tidak hanya menyediakan lahan, Pertamina juga membantu warga yang menggarap dengan berbagai pembinaan di bidang pertanian dan juga bantuan alat-alat pertanian lainnya.
Karena itu, Yuddy berharap, keaktifan warga, TNI, dan juga Pertamina yang membantu melalui program CSR dalam mengembangkan lahan tidur menjadi ekowisata itu bisa menjadi percontohan bagi masyarakat di desa-desa sekitar. Sehingga terpacu dalam memanfaatkan lahan yang ada secara produktif. “Pertamina sangat senang jika setelah memberikan bantuan, penerima manfaatnya bisa menjadi lebih maju dan berhasil,” kata Yuddy.