Rabu 30 Nov 2016 09:01 WIB

Perjuangan William dan Mimpi-Mimpi Astra

Red: Dwi Murdaningsih
(dari kiri) Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sudirman MR, Menperin Saleh Husin dan Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto berbincang dalam acara Seremoni pencapaian produksi 4 juta unit Daihatsu di Jakarta, Kamis (7/5)
Foto: kolom-biografi.blogspot.com
William Soeryadjaya

Astra kini berharap mendapatkan lisensi sebagai agen resmi impor dan perakitan kendaraan. Tanpa ada izin ini, maka perusaan Gaya Motor yang ada keterlibatan pemerintah di dalamnya hanya akan menjadi perusahaan gagal. 

Awalnya, Astra melamar General Motor, namun pabrikan  AS ini menolak karena sudah ada Garuda Diesel. William harus memutar otak. Astra mendekati perusahaan otomatif Jepang, Nisan. Tapi lagi-lagi gagal.

Sudah diujung tanduk,  pada 1969, sebuah tim eksekutif dari Toyota Motor Company mendarat di Jakarta. Di sinilai peruntungan William terbuka lebar. Toyota mencari perusahaan lokal sebagai agen tunggal.

Ternyata tak salah langkah William mengambil Gaya Motor. Hideo Kamio, manajer Toyota di Wilayah Asia dan Oseania ternyata adalah mantan manajer Gaya Motor selama masa pendudukan Jepang. Ia mengetahui bagaimana kemampuan Gaya Motor.

Rezeki pun tak lari ke mana. Astra kini sudah di atas angin dan akhirnya mereka mencapai kesepatan. Astra berhasil menjadi agen Toyota dan mendorong mobil pabrikan Toyota menjadi kendaraan paling banyak digunakan di Indonesia.

Dari sini, William berhasil membangun Astra menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Setelah bersusah payah dan diwarnai beragam kegagalan, kini satu per satu proyek menghampiri William.

"Kalau dipikir-pikir hidup ini memang serangkaian peluang. Dan kadang-kadang memang lucu. Saya seperti menang jackpot," ujar William.

Setelah berhasil mendapat beragam proyek, William mulai berpikir untuk terus berinvestasi daripada hanya sekedar menaruh uang di bank. Baginya investasi akan menguntungkan banyak orang.

Saat peresmian jembatan, Jusuf Kalla menilai Om William merupakan sosok yang bersahaja. Ia memperlakukan semua orang sama, tidak membedakan siapapun, baik yang besar ataupun yang kecil. "Di situlah kita harus mengikuti jejak beliau," kata Wapres seperti dikutip di situs resmi pemerintah.

Ihwal kepedulian William, menurut Edwin Suryadjaya yang juga putra Oom William terlihat dari pembangunan jembatan. Menurutnya, pembangunan jembatan di tol Cipali itu merupakan amanat ayahnya yang harus diselesaikan, karena sejak lama William memiliki cita-cita ingin memajukan perekonomian masyarakat Majalengka, tempat kelahirannya. Jembatan adalah satu satu untuk mendukung perekonomian rakyat.

“Saya selalu teringat dengan ayah saya yang peduli dengan masyarakat," kata Edwin.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement