EKBIS.CO, JAKARTA -- Kenaikan harga pangan diprediksi akan mengalami kenaikan pada 2017. Kenaikan harga ini dipastikan bakal mempengaruhi inflasi. Apalagi sejuah ini konsumsi masyarakat masih menjadi pengaruh besar dalam nilai inflasi.
Chief economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi mengatakan, ketersedian pasokan bahan pangan yang baik akan menjamin inflasi bulanan hingga tahunan lebih terjaga. Pemenuhan produk domestik ini bisa dilakukan baik dengan memperbaiki produksi domesti maupun impor yang terencana dengan baik.
"Distribusi bahan kebutuhan pokok misalnya dengan perbaikan infrastruktur transport dan optimasilasi bulog dengan operasi pasar juga bisa mempengaruhi harga komoditas pangan," kata Eric, Selasa (3/1).
Menurut Eric, penunjang dari pendistribusian seperti bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) juga harus disesuaikan agar tidak bergerak terlalu tinggi. Jika kenaikan harga ini tidak terlalu besar, maka harga pangan bisa ditekan agar terjangkau oleh masyarakat.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan intervensi terukut di pasar valas untuk meredam tekanan dari imported inflation. Serta bisa menghindari pelonggaran moneter yang terlalu agresif, walaupun masih ada ruang cukup untuk penurunan tersebut.
Sementara, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar sepanjang 2016 yakni mencapai 1,21 persen dari inflasi 2016 yang mencapai 3,02 persen. Jika dibandingkan dengan 2015, kontribusi bahan makanan atas inflasi meningkat. Tahun lalu, andil bahan makanan terhadap inflasi sebesar 0,98 persen.
Selain itu, kelompok yang memberikan andil terhadap inflasi sepanjang 2016 terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 0,91 persen, kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,46 persen.
Kelompok sandang memberikan sumbangsih atas inflasi sebesar 0,2 persen, kelompok kesehatan 0,17 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,21 persen. Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,14 persen.