EKBIS.CO, CIKAMPEK -- PT Pupuk Kujang Cikampek, berencana memerbanyak kios pupuk nonsubsidi di wilayah Jabar dan Banten. Penambahan kios resmi itu, digadang-gadang mencapai 1.500 unit. Dengan banyaknya kios resmi pupuk nonsubsidi ini, diharapkan petani tak kesulitan lagi mendapatkan produk tersebut.
Manajer Humas PT Pupuk Kujang Cikampek, Ade Cahya Kurniawan, mengatakan, saat ini kios pupuk nonsubsidi masih terbatas. Sekitar 50 unit di wilayah Jabar- Banten. Karenanya, perlu penambahan. Dalam waktu dekat, 1.500 kios pupuk resmi yang menjual produk nonsubsidi akan segera dirilis. "Saat ini, produk yang dihasilkan Kujang banyak juga yang nonsubsidi. Makanya, perlu sarana penunjangnya," ujar Ade, kepada Republika.co.id, Rabu (11/1).
Salah satunya, di awal tahun ini Kujang meluncurkan pupuk majemuk nonsubsidi dengan komposisi 30:8:6. Pupuk ini, mengandung 30 persen nitrogen, enak persen phospor dan delapan persen kalium. Pupuk ini, mampu meningkatkan kualitas petani. Serta, tanaman padinya menjadi tahan hama.
Diketahui pupuk ini sangat unggul, lanjut Ade, setelah melakukan serangkaian uji coba di 50 demplot yang disebar di wilayah Jabar dan Banten. Termasuk di Karawang. Demplot pupuk majemuk ini, berada di Kecamatan Tegalwaru. "Hasilnya sangat memuaskan," ujar Ade.
Dengan banyaknya produk nonsubsidi ini, lanjut dia, maka sarana dan prasarana pendukungnya harus ditambah. Termasuk kios resmi pupuk nonsubsidi. Untuk petani yang ingin mendirikan kios ini, syaratnya sangat mudah jika dibanding mendirikan kios pupuk subsidi. Yaitu, cukup melampirkan izin SIUP dan instansi terkait, bisa mendirikan kios tersebut.
Selain pupuk, lanjut Ade, produk nonsubsidi lainnya yang diproduksi Kujang cukup bervariasi. Seperti, benih padi, benih tomat dan cabai merah tanjung. Produk-produk ini, kedepannya akan meramaikan kios-kios pupuk nonsubsidi tersebut.
Sementara itu, Wildan Esa, ketua tim demplot pupuk majemuk 30:6:8 Kecamatan Tegalwaru, mengatakan, sebelum menggunakan pupuk majemuk ini hasil produksi petani di wilayah ini maksimalnya mencapai empat ton. Pasalnya, wilayah Tegalwaru ini merupakan areal persawahan tadah hujan. Maka, hasil produksinya minim.
"Tetapi, setelah menggunakan pupuk majemuk nonsubdisi ini, hasilnya meningkat menjadi 8,5 ton per hektare," jelasnya.