EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengendalian laju inflasi di kisaran 4 persen sepanjang 2017 mendapat tantangan cukup berat untuk dua komponen, yakni volatile food atau komponen bergejolak termasuk kebutuhan pokok dan administered prices atau harga yang ditetapkan pemerintah seperti tarif listrik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, untuk administered prices meski menyumbangkan risiko inflasi namun di sisi lain belanja negara bisa dialihkan ke sektor produktif. Namun untuk volatile food, ia mengaku memang harus ada kerja keras pemerintah agar gejolak harga tidak memberikan imbas signifikan di sisi inflasi.
Pengendalian laju inflasi untuk volatile food dalam rentang 4 sampai 5 persen di antaranya dilakukan dengan penguatan infrastruktur logistik pangan di daerah khususnya pergudangan untuk penyimpanan komoditas. Selain itu pemerintah juga memasang target untuk membangun sistem data lalu lintas barang khususnya komoditas pangan.
"Kita bicarakan supaya apa, volatile food-nya lebih baik dikendalikan supaya inflasi tidak terlalu tinggi," ujar Darmin usai melakukan pertemuan dengan Kelompok Kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Bank Indonesia, Rabu (25/1).
Selain dua langkah di atas, pengendalian inflasi untuk volatile food juga dilakukan dengan mendorong pemanfaatan instrumen dan insentif fiskal agar pemerintah daerah terlibat dalam stabilisasi harga. Pemerintah juga memperluas diversifikasi pola konsumsi pangan masyarakat, khususnya konsumsi cabai dan bawang segar.