EKBIS.CO, JAKARTA -- Globe Asia, salah satu majalah ternama di Indonesia dan Asia baru-baru ini memberitakan 150 orang terkaya di Indonesia. Dari jumlah tersebut terdapat 24 pengusaha kaya dari kalangan muslim dan sisanya non-muslim.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, minimnya orang muslim menjadi pengusaha besar cukup mengkhawatirkan. Apalagi Indonesia sebenarnya mayoritas penduduk adalah warga muslim. Seharusnya kondisi tersebut juga diikuti dengan banyak bermunculannya pengusaha-pengusaha yang mampu berperan pada perekonomian negara.
"Kita harus sadar, ini menjadi cambuk bagi kita, kenapa hanya 24 saja. Ini kan (Indonesia) pendudukan muslim besar, tapi yang meningkatkan ekonomi justu pihak lain," kata Hariyadi ditemui di acara Rakernas Hipmi, Senin (27/3).
Hariyadi menilai, masyarakat muslim saat ini tidak fokus dalam membangun sebuah usaha. Berbeda dengan masyarakat non-muslim yang sangat terpacu dalam mengembangkan usahanya
Kompetensi para pelaku usaha dari kalangan muslim pun masih minim. Mereka belum piawai ketika harus mengelola sebuah usaha. Kurang fokus dengan usaha sendiri, ditambah dengan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki kurang mumpuni membuat usaha tersebut jalan di tempat, dan sulit berkembang.
Menurut Hariyadi, SDM menjadi faktor penting dibandingkan dengan modal perusahaan. Ketika SDM yang dimiliki sebua perusahaan memiliki integritas tinggi. Maka uang yang masuk ke perusahaan bisa mengalir lancar. Namun, ketika SDM tersebut tak memiliki ilmu bagus, modal sebesar apapun tidak akan bisa digunakan dengan baik, dan hasil akhir yang diingikan sulit tercapai.
"Jadi kemampuan ini penting untuk menentukan hasil akhir," ujar Hariyadi.
Dengan kondisi ini, Hariyadi berharap agar para pelaku usaha muslim baik yang sudah mapan maupun yang baru berusaha bisa mengintopeksi dan melihat kekurangan apa yang selama ini menghinggapi perusahaanya. Sehingga ke depan, usaha yang meraka jalani bisa lebih baik, dan kemudian berdampak pada kesejahteraan masyarakat muslim lainnya.