EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mencatat produksi 13 komoditas strategis mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, peningkatan produksi yang signifikan antara lain terjadi pada komoditas padi, jagung, cabai dan bawang merah.
Produksi padi selama 2014 tercatat hanya 70,85 juta ton. Tahun berikutnya, produksi komoditas pangan pokok tersebut meningkat menjadi 75,39 juta ton atau naik 6,64 persen. Kemudian, di tahun 2016 meningkat kembali menjadi 79,14 juta ton atau naik 4,96 persen.
Produksi padi dua tahun terakhir (2015-2016) juga mengalami peningkatan sebanyak 8,4 juta ton atau setara dengan Rp 38,5 triliun. Untuk komoditas jagung, produksinya bertambah 4,2 juta ton, senilai Rp 15,9 triliun, selama 2015-2016.
Kenaikan produksi pada cabai dan bawang merah dalam dua tahun terakhir. Produksi cabai pada 2014 lalu hanya mencapai 1,88 juta ton. Angka itu kemudian meningkat menjadi 2,1 juta ton atau naik 3 persen pada 2016. Sementara, produksi bawang merah pada 2014 mencapai 1,23 juta ton, lalu naik menjadi 1,29 juta ton pada 2016, atau meningkat 11,3 persen.
"Capaian-capaian tersebut pun telah membawa Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan pangan yakni tidak impor beras, bawang dan cabai," tutur Amran, Kamis (13/7).
Selain produk pertanian, Kementan juga mencatat adanya peningkatan produksi protein hewani, yakni daging sapi, telur dan daging ayam. Kenaikan produksi yang signifikan terjadi pada telur ayam, yakni 1,6 juta ton pada 2016, atau meningkat 13,6 persen dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 1,4 juta ton.
Peningkatan produksi pada sejumlah komoditas strategis tersebut juga diikuti dengan meningkatnya kesejahateraan petani yang tercermin dalam indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), NTP tahun 2016 mencapai 101,65 atau meningkat 0,06 persen dibandingkan NTP 2015 yang sebesar 101,59.
Adapun NTUP rata-rata nasional tahun 2016 juga berada di posisi tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2016 indeks NTUP tercatat berada di angka 109,86 atau naik 2,3 persen dibandingkan tahun 2015.
Amran menyebut, capaian-capaian tersebut berhasil diraih karena sejumlah terobosan yang telah diaplikasikan Kementan, antara lain merevisi regulasi Perpres Nomor 172 tahun 2014 tentang pengadaan pengadaan benih dan pupuk dari lelang menjadi penunjukan langsung. Kemudian, program bantuan benih untuk 7 juta hektare yang disebar di luar lokasi eksisting agar terjadi pemerataan serta deregulasi perizinan dan asuransi usaha pertanian.
"Terobosan-terobosan tersebut sebagian adalah investasi yang dampak multiflier-nya akan dirasakan dalam 5-10 tahun ke depan," kata Mentan.
Pemerhati kedaulatan pangan Prof Tjipta Lesmana menilai pemerintah memiliki konsep dan target yang jelas dalam membangun ketahanan pangan dan swasembada pangan nasional. Ia memandang hal tersebut menjadi kunci keberhasilan dalam menyetop impor beras selama 2016.