EKBIS.CO, Perjalanan beras Maknyus telah berakhir. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS Food) yang menjadi induk utama Maknyus, memutuskan untuk menutup lini beras mereka.
Hal itu tak terlepas dari pendapatan produk beras yang anjlok hingga sekitar Rp 2 triliun. Keuntungan yang diperoleh saat ini dinilai belum mampu untuk mendorong usaha tersebut.
Sebagai informasi lini beras TPS Food dijalankan oleh PT Dunia Pangan. Perusahaan itu mempunyai lima anak usaha yang semuanya memiliki pabrik beras, di antaranya PT Sukses Abadi, PT Indo Beras Unggul (IBU), serta PT Tani Unggul Usaha.
Adapun Maknyuss diproduksi PT Sukses Abadi Karya dan PT IBU. "Jadi kalau nanti hidup lagi (bisnis beras) berarti bukan punya kita. TPS Food hanya jalani bisnis food," ujar Koordinator Finance TPS Food Sjambirie Lioe dalam Public Expose di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, (19/12).
Nama Maknyuss diseret-seret setelah kasus yang menimpa PT Indo Beras Unggul. Polisi menganggap perusahaan berbuat curang sehingga konsumen tak memperoleh hak-hak sebagaimana yang dijanjikan dalam label kemasan.
Pada Agustus lalu, Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri menetapkan direktur utama PT Indo Beras Unggul (IBU) berinisial TW sebagai tersangka.
Nama Maknyuss pun menjadi bahasan hangat di media sosial. Tak sedikit yang membelas Maknyuss dan menganggap penutupan ini hanya mengada-ada. Karena awalnya Maknyuss disebut bersalah karena membeli beras subdisi.
Salah seorang pedagang beras di daerah Cimanggis, Ato, kepada Republika.co.id juga menganggap tuduhan akal-akalan. Ia yang berpengalaman belasan tahun berjualan beras menilai kualitas beras Maknyuss memang lebih unggul dibanding beras pada umumnya. Baik dari sisi kebersihan maupun butiran beras. "Bersih memang berasnya mas, proses pengolahannya lebih bagus dari beras pada umumnya," ujar Ato.
PT IBU pun berulangkali membantah menipu konsumen. Juru bicara PT Indo Beras Unggul (IBU), Jo Tjong Seng pernah menegaskan, beras yang dijual dengan merk Cap Ayam Jago dan Maknyuss dibeli dari gabah petani, bukan menggunakan beras subsidi.
Gabah yang dibeli oleh perusahaan berasal dari para petani di sekitar pabrik, yakni Bekasi hingga Subang, juga beberapa petani binaan di Provinsi Banten. Harga pembelian di atas HPP atau harga acuan pembelian pemerintah diberikan kepada petani yang menghasilkan gabah sesuai kriteria mutu perusahaan.
Tapi bagaimanapun pembelaan maupun gerakan untuk menyelamatkan Maknyuss tidak mampu menutup kerugian yang dialami perusahaan tersebut. Belum enam bulan setelah kasus itu mencuat, Maknyuss kini harus gulung tikar. PT Tiga Pilar disebut telah merumahkan 1.700 pekerjanya.
"Revenue produk beras yang hilang itu kira-kira Rp 2 triliun, lalu tumbuh organik kira-kira 15 persen jadi kira-kira Rp 300 miliar. Maka total revenue yang hilang sekitar Rp 2,3 triliun. Jadi butuh waktu cukup lama untuk kompensasi kehilangan dari revenue itu," jelas Sjambirie Lioe
PT Tiga Pilar kini hanya akan fokus disektor makanan kemasan. Sektor ini masih tumbuh positif.