EKBIS.CO, PURWAKARTA -- Kementerian Pertanian, melansir hingga saat Indonesia masih ketergantungan impor bawang putih. Impor terbesar komoditas tersebut didatangkan dari Cina. Pasalnya, sampai sekarang belum ada produsen benih yang bisa memroduksi bawang putih secara massal. Sehingga, petani lokal belum bisa mengembangbiakan bawang tersebut. Sebab, benihnya tidak ada di pasaran.
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono, mengatakan, kebutuhan Indonesia akan bawang putih mencapai 500 ribu ton per tahun. Bawang tersebut, diimpor dari Cina. Sebab, petani lokal belum mampu menanamnya. Karena, benih bijinya memang tak tersedia di pasar Tanah Air. "Sampai saat ini kran impor bawang putih masih tetap dibuka," ujar Spudnik, saat mengunjungi Desa Benteng, Kecamatan Campaka, Kamis (21/12).
Menurutnya, pemerintah sudah berupaya untuk mengembangkan bawang putih ini. Seperti yang sudah di lakukan di sejumlah wilayah. Supaya, pada 2033 nanti Indonesia mampu swasembada bawang putih. Akan tetapi, bawang putih yang telah ditanam oleh petani itu, berasal dari umbi siung bukan dari biji.
Sedangkan benih yang dari biji, Spudnik mengatakan, hingga sekarang belum ada yang memroduksi. Termasuk, PT East West Indonesia (Ewindo) yang merupakan produsen benih biji, juga belum merambah memroduksi benih bawang putih. "Kami sudah meminta ke Ewindo untuk melakukan riset, supaya bisa menanam bawang putih dari benih biji. Tetapi, produsen ini belum menemukan teknologinya," ujarnya.
Karena itu, untuk menjaga kestabilan harga bawang putih, pemerintah tetap membuka kran impor. Bawang putih yang beredar selama ini di pasaran, merupakan kiriman dari Cina. Dengan adanya impor ini, maka harganya tetap stabil.
Sementara itu, Direktur Sales dan Marketing PT East West Indonesia (Ewindo) Afrizal Gindow, mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum menemukan teknologi yang tepat untuk memroduksi benih biji bawang putih. Pernah diujicobakan, tetapi gagal. Salah satu kegagalannya karena disebabkan iklim yang tidak cocok untuk pemuliaan beni bawang putih. "Selain itu, biayanya juga mahal. Jadi, bila kami bisa memroduksi benih bawang putih, harganya tak terjangkau oleh petani," ujarnya.