EKBIS.CO, JAKARTA -- Hasil Survei Perbankan yang dilakukan Bank Indonesia mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada kuartal IV 2017 secara kuartalan (qtq) mengalami peningkatan. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 94,3 persen, lebih tinggi dari 77,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan, peningkatan pertumbuhan kredit baru tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan pembiayaan nasabah, penurunan suku bunga kredit, dan peningkatan promosi penawaran kredit. "Meski meningkat, perbankan tetap selektif dalam penyaluran kreditnya yang tercermin dari rata-rata persentasi jumlah permohonan kredit yang tidak disetujui oleh bank yaitu sebesar 21,7 persen, meningkat dari 18,1 persen pada kuartal sebelumnya," ujarnya melalui siaran pers, Selasa (16/1).
Agusman menjelaskan, pada kuartal IV-2017, menguatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada semua jenis penggunaan kredit. Pada periode tersebut, SBT kredit modal kerja meningkat dari 71,1 persen menjadi 84,3 persen, SBT kredit investasi naik dari 69,8 persen menjadi 84,2 persen, dan SBT kredit konsumsi naik dari 20,5 persen menjadi 35,0 persen.
Menguatnya pertumbuhan kredit konsumsi terutama didorong oleh meningkatnya permintaan kartu kredit, Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA), dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
"Peningkatan KKB tersebut sejalan dengan rata-rata penjualan sepeda motor dan mobil pada kuartal IV-2017 terutama Oktober-November, yang lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya," imbuhnya.
Pertumbuhan permintaan kredit baru pada 12 sektor ekonomi menguat pada kuartal IV-2017. Pertumbuhan tertinggi pada sektor konstruksi dengan kenaikan SBT sebesar 38,7 persen dari kuartal sebelumnya menjadi 80,8 persen, kemudian diikuti oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan SBT naik 25,7 persen dan sektor perantara keuangan dengan SBT naik 23,7 persen.
Sementara berdasarkan orientasi penggunaan, menguatnya permintaan kredit baru terjadi pada kredit ekspor dengan kenaikan SBT dari 27,8 persen menjadi 56,6 persen. Sebaliknya permintaan kredit impor mengalami perlambatan yang tercermin dari penurunan SBT dari 20,9 persen menjadi 7,4 persen.
Sejalan dengan meningkatnya permintaan kredit baru, lanjutnya, persentase jumlah responden yang memiliki realisasi kredit baru di bawah target (deviasi di atas 5 persen) juga menurun dari 77,5 persen pada kuartal sebelumnya menjadi 62,5 persen pada kuartal IV-2017. Penurunan tersebut terjadi pada semua jenis penggunaan kredit, tertinggi pada kredit modal kerja. "Pada kredit konsumsi, meningkatnya permintaan kredit kendaraan juga berdampak pada menurunnya jumlah bank yang mengalami deviasi target kredit pada kuartal IV-2017," ucapnya.