EKBIS.CO, JAKARTA -- Panen padi sampai saat ini masih terjadi meski dalam jumlah kecil. Hal tersebut diungkapkan pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori saat dihubungi Republika, Jumat (19/1).
Bahkan, dari panen tersebut beberapa provinsi mengalami surplus. Sayangnya, distribusi beras tidak bisa dilakukan karena surplus tersebut belum tentu mampu mencukupi kebutuhan wilayah lain. "Kalau surplusnya kecil sementara permintaan tinggi kan tetap kurang juga," ujar dia.
Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 11 provinsi yang merupakan produsen beras. Namun tidak dari semua produsen tersebut mengalami surplus.
Misalnya, untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Jawa Barat yang mengalami surplus tidak diketahui pasti berapa angka surplusnya. Sementara, provinsi yang bukan sentra produksi meminta banyak pasokan beras. "Apakah cukup? Nggak cukup karena memang paceklik kan sekarang," katanya.
Meski Kementerian Pertanian mengklaim tidak ada paceklik, diakui Khudori hal tersebut tidak mungkin. Ia menjelaskan, panen sepanjang tahun ada tapi pola panen masyarakat tidak sama setiap bulannya. Meskipun pemerintah mengusahakan Indeks Pertanaman tiga kali tanam (IP 300) tapi tetap tidak imbang.
Pada bulan-bulan tertentu terjadi panen besar melebihi kebutuhan tapi juga sebaliknya. Dalam satu tahun, kata dia, ada enam bulan yang surplus, enam bulan sisanya hanya sebatas cukup meski sebagian besar wilayah tidak cukup. "Jadi pacekliklah, enam bulan sisanya itu paceklik," ujarnya.
Kebutuhan nasional beras untuk konsumsi sebesar 28-29 juta ton per tahun, namun 33 juta ton per tahun dengan menghitung kebutuhan warung makan, restauran dan perkiraan yang tercecer.