EKBIS.CO, KUTACANE -- PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I Sumatera Bagian Utara akan melakukan pemantauan agen dan pangkalan di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh. Ini dilakukan akibat adanya indikasi penjualan Liquified Petroleum Gas (LPG) atau Elpiji bersubsidi tiga kilogram di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 20 ribu per tabung di wilayah tersebut.
Humas Pertamina MOR I Sumbagut, Rizky Diba Avrita melalui sambungan telepon dari Kutacane, Selasa (23/1), mengatakan, pihaknya telah mendapat laporan dari warga setempat atas dugaan menaikkan harga dari HET seharusnya. "Jika nanti terbukti, maka bagi penyalur seperti agen dan pangkalan akan mendapat tindakan tegas berupa sanksi dari kami. Mulai dari surat peringatan," terangnya.
Ia melanjutkan, kemudian sanksi berupa pengurangan kuota elpiji bersubsidi tabung tiga kilogram, hingga pemutusan hubungan usaha dengan pihak agen dan pangkalan. Saat ini mayoritas tingkat pangkalan di Aceh Tenggara memberlakukan harga jual gas elpiji bersubsidi tiga kilogram berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per tabung, atau di atas HET Rp 20 ribu per tabung yang ditetapkan pemerintah daerah setempat.
Sedangkan di tingkat pedagang pengecer dengan harga bisa mencapai Rp 28 ribu sampai Rp 32 ribu per tabung, akibat letak pangkalan yang jauh dari pemukiman usaha. Dalam waktu dekat, lanjut Rizky, pihaknya segera menurunkan tim dalam waktu dekat ini untuk memantau HET di 84 pangkalan yang dipasok dari dua agen yakni PT Gasta Mulyo dan PT Minanda Desky Jaya di Aceh Tenggara.
"Itu (sanksi), bakal kami berlakukan kepada agen dan pangkalan. Jadi bertahap, setelah mereka mendapat peringatan dari Pertamina," katanya.
Data PT Pertamina (Persero) MOR I Aceh menyatakan, ketahanan suplai dan stok elpiji bersubsidi di wilayah ini ditunjang dengan keberadaan 65 agen, dan 2.416 pangkalan tersebar di 23 kabupaten atau kota. Agen ke pangkalan menurut Rizky menjual dengan harga Rp 18 ribu, pangkalan ke masyarakat Rp 20 ribu. Ada keuntungan Rp 2.000 per tabung yang pemerintah berikan.
Sejumlah warga menilai, pihak pangkalan telah bertindak arogan dengan menaikkan sendiri HET gas elpiji bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah di Aceh Tenggara. Memang di pangkalan itu, tertera harga pembelian Rp20.000 per tabung. Tapi HET ini, tak berlaku ketika kami beli gas tiga kilogram," ucap Tuti Pinem (35).
Yani Selian (51), warga setempat mengaku rata-rata pangkalan di wilayah itu telah menempelkan surat selembaran dari agen yang terpampang di tingkat distribusi paling akhir dari bahan bakar gas tersebut. "Kalau kita tanya HET, termasuk surat dari agen, orang pangkalan tak menggubrisnya. Jika mau, beli dengan harga Rp25.000," terang Yani Selian