Kamis 05 Apr 2018 16:18 WIB

Tak Produksi Asap, Lahan Tidur Rawa Lebak Jadi Produktif

Optimasi lahan rawa lebak cukup menghemat anggaran.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan pencanangan dan peninjauan lahan rawa lebak untuk pertanian di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan Kamis (5/4).
Foto: Riga Nurul Iman
Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan pencanangan dan peninjauan lahan rawa lebak untuk pertanian di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan Kamis (5/4).

EKBIS.CO, BANJARMASIN -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan pencanangan optimasi lahan rawa lebak di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito, Kuala Provinsi Kalimantan Selatan Kamis (5/4). Langkah tersebut untuk membangunkan lahan tidur dan menghemat anggaran dalam mencetak lahan sawah baru.

Lokasi pencanangan optimasi rawa lebak ini dilakukan di Desa Jejangkit Muara Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala. Dalam kesempatan tersebut hadir Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, Bupati Barito Kuala Noormiliyani dan Aster Kasad.

"Lahan tidur rawa lebak dan pasang surut dijadikan lahan produktif,'' ujar Amran Sulaiman kepada wartawan setelah meninjau lahan rawa lebak di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit.

 

Pada waktu dulu lahan rawa lebak dan pasang surut hanya produksi asap di waktu kering dan banjir ketika musim hujan. Namun kata Amran, sekarang pemerintah berupaya membangunkan lahan lebak rawa supaya produktif. '' Alhamdulillah biayanya sangat kecil untuk pasang surut Rp 3 juta per hektare dan rawa lebak Rp 4 juta per hektar,''  jelas dia.

 

Dana ini ungkap Amran, sangat murah dibandingkan membangun sawah yang biaya cetaknya mencapai Rp 16 juta per hektare. Sehingga dengan adanya optimasi lahan rawa lebak ini pemerintah akan merevisi anggaran.

 

Hal tersebut kata Amran merupakan salah satu strategi hemat anggaran yang digaungkan pemerintah. Pasalnya sebelumya anggaran cetak sawah Rp 16 juta per hektar dan kini hanya 25 persen atau Rp 4 juta per hektar. ''Luasan rawa lebak dan pasang surut yang akan dibangun di Kalsel 67 ribu hektare dan di Desa Jejangkit Muara baru 750 hektare,'' ujar Amran.

 

Sementara potensi lahan rawa lebak dan pasang surut di beberapa daerah Indonesia mencapai sekitar satu juta hektare tersebar di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Menurut Amran, lahan rawa lebak dan pasang surut ini potensial ditanami padi selain jagung dan kedelai. Penghitungan ini dengan tidak menghitung lahan gambut yang tidak bisa ditanami.

Amran menargetkan, lahan rawa lebak ini bisa diproduktifkan paling lambat 10 tahun. Setiap tahunnya dirampungkan seluas 100 ribu hektare.

Optimasi lahan rawa lebak ini, ungkap Amran, akan berdampak positif karena mampu menyerap tenaga kerja sekitar 4 juta orang. Selain itu perkembangan ekonomi Pulau Kalimantan akan bangkit dibandingkan sebelumnya.

Bila lahan rawa produktif, Amran menilai, Pulau Kalimantan tidak tergantung lagi pasokan beras dari daerah lain. Bahkan produksi beras Kalimantan bisa ekpsor ke daerah lain atau luar negeri.

 

Untuk optimasi lahan rawa lebak dan pasang pemerintah membantu alat berat seperti eskavator. Jumlah eskavator yang disalurkan mencapai 500 unit. Rinciannya pada 2017 sebanyak 215 unit dan 300 unit pada 2018.

 

Untuk Desa Jejangkit Muara di Barito Kuala, kata Amran, akan disalurkan tujuh unit eskavator. Sementara secara keseluruhan untuk Kalsel sebanyak 40 unit eskavator. Selain eskavator pemerintah pusat juga akan menyediakan pompa yang harganya Rp 150 juta.

 

Keberadaan pompa ini untuk memasok air untuk 200 hektare. Amran mengatakan, untuk pasokan solar atau BBM bisa berasal dari pemerintah kabupaten maupun provinsi. Hal ini bentuk sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Bupati Barito Kuala Noormiliyani mengatakan, pemerintah daerah menyambut baik adanya optimasi lahan rawa lebak menjadi kawasan produktif.

"Awalnya di Desa Jejangkiit ini hanya 400 hektare dan kini naik menjadi 750 hektare," kata dia.

Menurut Noormiliyani, harapannya optimasi lahan rawa ini akan diperluas ke daerah lainnya. Terlebih kawasan Barito Kuala merupakan daerah pertanian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement