Jumat 13 Apr 2018 16:17 WIB

Moody's Naikkan Peringat Utang RI, Ini Kata BI

Peningkatan rating utang akan mendongkrak pengaruh kepercayaan pasar.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Teguh Firmansyah
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga pemeringkat Moody's meningkatkan Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia menjadi Outlook Stabil dari sebelumnya Outlook Positif.

Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia, Nanang Hendarsyah, mengatakan, peningkatan rating tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan pasar terhadap berbagai instrumen yang ada.

 

Meskipun rating tersebut sebenarnya long term sovereign rating terutama surat berharga yang dikeluarkan negara. Namun, hal itu akan berdampak ke instrumen lainnya termasuk obligasi korporasi.

 

Baca juga,  R&I Naikkan Rating Peringkat Utang Indonesia.

 

Artinya, peringkat tersebut menunjukkan seberapa bagus rating obligasi yang dikeluarkan oleh swasta. Kalau sovereign rating naik, lanjutnya, seharusnya rating bagi lerusahaan swasta juga meningkat. "Ini menunjukkan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia," kata Nanang kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jumat (13/4).

Nanang menekankan, peningkatan rating ini menjadi momentum yang harus dimanfaatkan dunia usaha. Suku bunga rendah dan rating investasi yang bagus adalah kesempatan momentum yang harus dimanfaatkan.

Sebab, ke depan tantangan Indonesia masih berat terutama dari global. Antara lain, kebijakan perdagangan di AS, kebijakan moneter di AS yang sedang menaikkan suku bunga.

"Selama ini seperti yang disebutkan di dalam rilis kredit rating itu ketahanan Indonesia dalam menyerap shock semakin kuat sekarang ini karena kebijakan makro baik fiskal dan moneter lebih prudent," ungkapnya.

Kemudian dari sisi financial buffer Indonesia dinilai lebih kuat. Hal itu tercermin dari cadangan devisa yang sudah meningkat cukup tinggi mencapai 126 miliar dolar AS. Cadev tersebut jauh lebih baik dibanding Malaysia yang sekarang sekitar 90 miliar dolar AS. Cadev tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan impor dan jauh di atas ambang batas (treshold).

"Itu menunjukkan financial buffer Indonesia semakin kuat. Dan itu akan menyerap berbagai risiko yang ditunjukan oleh berbagai gejolak global," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement