EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia (BRI) berharap Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI, 7 Days Reverse Repo Rate. Perseroan menilai tidak naiknya suku bunga acuan BI menandakan fundamental ekonomi Tanah Air masih bagus.
"Ya kalau Fed (suku bunga acuan Amerika Serikat) sudah naik dan BI enggak naik, mungkin juga agak sedikit berpengaruh. Hanya saja, buat saya lebih baik enggak naik karena paling tidak memberikan sinyal kepercayaan pada publik kalau fundamental ekonomi kita masih bagus," kata Direktur Utama BRI Suprajarto di Jakarta, Kamis, (3/5).
Lebih lanjut, dia mengatakan, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS yang terjadi beberapa waktu terakhir ini tidak terlalu berpengaruh ke kinerja perseroan. "Kebetulan posisi kita long dan enggak masalah juga untuk likuiditas valas (valuta asing). Ini yang kita jaga ke depan dan kebetulan banyak nasabah eksportir yang hasilnya valuta asing dan besarlah, ada yang sawit, ada yang bergerak di industri lain, ini membantu kita dan sampai sekarang tidak bermasalah," tutur Suprajarto.
Meski begitu, menurut dia, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dapat memengaruhi rasio kredit bermasalah (NPL) kredit valas. "Kalau dolarnya naik terus bisa, tapi harapan saya dolar AS enggak naik," katanya menambahkan.
BRI, dia mengatakan, juga terus berkonsolidasi dengan nasabah kredit valas. Tujuannya untuk menyikapi kenaikan mata uang AS tersebut.
Perlu diketahui, pada rapat dewan gubernur (RDG) April 2018 lalu, BI memang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di 4,25 persen. Dengan suku bunga penyebab penyimpanan dana di BI atau Depocit Facility sebesar 3,5 persen serta Lending Facility tetap di lima persen.
BI menilai keputusan itu konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi. Termasuk sistem keuangan di tengah meningkatnya tekanan eksternal.